Senin, 02 November 2015

Resume Psikologi Umum Bab 2 Perkembangan Psikologi



Bab II
Perkembangan Psikologi

A.     Psikologi Filosofis
Psikologi semula tergabung dengan filsafat, sehingga hal-hal yang dipergunakan dalam filsafat, misalnya metoda analisis, tujuan studi, mempengaruhi psikologi. Namun selanjutnya seperti ilmu-ilmu yang lain, demikian juga psikologi melepaskan diri dari fisik.
Abad XVII merupakan abad perkembangan ilmu pengetahuan (science). Salah seorang tokoh zaman Yunani kuno yang terkenal dengan  metoda analisis metafisi adalah Aristoteles. Pada abad XVII cara berpikir metafisis mulai ditinggalkan oleh ilmu-ilmu empiris dan berkembanglah pandangan bahwa ilmu pengetahuan harus objektif : artinya harus berdasarkan sesuatu yang nyata atau harus berdasarkan sesuatu yang empiris atau sesuai dengan pengalaman.
Ilustrasi perkembangan filsafat pada psikologi tampak dalam pengaruh aliran rationalisme dalam diri Decrates dan empiris dengan tokohnya John Locke.

1.      Rationalisme Decrates
Tokoh Rationalisme adalah Rene Descrates (1596-1650). Sumbangan Rene Descrates dalam psikologi adalah menyangkut konsepsi tentang hubungangan antara psikis dengan fisik. Teori sebelum Decrates menyatakan hubungan psikis dnegan fisik bersifat searah. Artinya psikis mempengaruhi badan tetapi badan tidak mempengaruhi psikis namun hubungan itu bersifat timbal balik psikis mempengaruhi fisik, fisik mempengaruhi psikis.
Psikis itu hanya memiliki satu fungsi yaitu berpikir. Hal ini dapat disimpulkan dari pandangan yang menyatakan: “Cogito Ergo Sum” artinya “Karena aku berpikir maka aku ada”.
2.      Empiris John Locke
Tokoh dari faham empiris adalah John Locke (1632-1740). Menurut John Locke manusia tidak dilengkapi pengetahuan apapun pada waktu dilahirkan seperti tabularasa yaitu kertas putih yang akan ditulis oleh pengalaman. Locke membedakan 2 pengalaman yaitu:
a)      Pengalaman yang datang  dari penginderaan (sensation)
b)      Pengalaman yang datang dari refleksi (reflection).

B.     Psikologi Fisiologi dan Psikologi Eksperimental
Pengaruh science dan fisiologi pada psikologi menjadi permulaan psikologi eksperimental seperti yang dikemukakan Wilhelm Wundt. Terdapat 4 orang ahli yang mengadakan eksperimen-eksperimen yang mempengaruhi penggunaan eksperimen dalam psikologi, yaitu :
a)      Herman Von Helmholtz
b)      Ernest Weber
c)      Gustav Theodore Fechner
d)      Wilhem Wundt
Psikologi Eksperimen (Wilhelm Wundt)
      Wilhelm Wundt (1832-1920) merupakan bapak psikologi modern, karena sejak wundt, psikologi memisahkan diri dari filsafat dengan didirikannya Lboratorium Psikologi. Wundt menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu yang mandiri tidak tergantung dari ilmu lain dan ilmu yang eksperimental. Wundt melakukan eksperimen-eksperimen dalam laboratorium yang didirikan sendiri.
Pada tahun 1867 Wundt memberikan kuliah tentang physological Psychology di Heidelberg. Istilah physological disini mempunyai arti yang sama dengan ekperimental. Jadi Physiological Psychology  tersebut sebenarnya berarti Eksperimental Psychology. (Walgito:16)
Dalam suatu tulisannya Wundt mengemukakan: “The first step in the investigation of a fact must therefore be a description of the individual elements.....of which it consist” (Schultz dan Schultz, 1992).
Psikologi Wundt adalah psikologi mengenai pengalaman kesadaran, maka metode yang digunakan dalam psikologi adalah observasi mengenai pengalaman tersebut. Hanya orang yang mempunyai pengalaman tersebut yang dapat mengadakan observasi. Karena itu metodenya adalh intropeksi, dimana seseorang mengobservasi keadaan psikisnya sendiri.

C.     Berbagai Pendekatan dan Aliran dalam Psikologi
a.      Psikologi Fungsional (William James)
William James (1842-1920) merupakan peopor psikologi. Psikologi funsional memandang psikis (mind) sebagai fungsi atau sesuatu yang digunakan oleh organisme untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya.
Salah satu teori James yang sangat populer adalah teori mengenai emosi. Pada waktu yang bersamaan seorang ahl fisiologi Denmark yaitu Carl Lange mengajukan teori yang sama dengan teori James, lalu dikenal sebagai teori James-Lange tentang emosi
b.      Psikologi Behaviorisme
1)      Juan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Para ahli Behaviorisme termasuk Pavlov meneliti psikologi secara objektif, yaitu yang dapa diobservasi secara langsung. Pavlov menolak dgunakan metoda intropeksi, karena tidak dapat diperoleh data ynag objektif. Pavlov ingin merintis objective psychology, oleh karena itu metoda intropeksi tidak digunakan.
2)      Edward Lee Thorndike (1874-1949)
Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian tentang animal psychology. Penelitian mengenai hewan diwujudkan dalam disertasi doktornya yang berjudul “Animal Intelligence: An Experimental Study of The Associative Processes in Animal”, yang kemudian diterbitkan dalam buku pada tahun 1911 dengan judul “Animal Intelligence” (Hergenhanhn 1976). Dari eksperimennya, Thorndike mengajukan tiga macam hukum yang sering dikenal sebagai hukum primer dalam belajar, yaitu:
§  Hukum kesiapan (the laws of readiness), Belajar yang baik memerlukan adanya kesiapan dari organisme yang bersangkutan.
§  Hukum latihan (the law of exercise), hukum latihan ini ada 2 ospek: (1). The law of use dan (2). The law of disuse
§  Hukum efek (the law of affect), yaitu hukum yang meyatakan hubungan antar simulus dan respons menjadi kuat atau lemah tergantung pada hasil yang menyenangkan atau tidak
3)      Burrhus Frederick Skinner (1984-1990)
Untuk menjelaskan teorinya, Skinner mengadakan suatu percobaan yang disebut proses kondisionng operant. Proses kondisioning  tidak jauh berbeda dari kondisioning klasik dari Pavlov. Menurut Skinner terdapat dua prinsip umum yang berkaitan dengan kondisioning operan, yaitu:
Setiap respon yang diikuti oleh reward → ini bekerja sebagai reinforcement stimuli → akan cenderung diulangi.
Reward atau reinforcement stimuli akan meningkatkan kecepatan  (rate) terjadinya respons.
4)      John B. Watson (1877-1958)
Pandangan Watson dapat diikuti dalam artikelnya yang berjudul “Psychology as the Behaviorist Views It” tahun 1913. Dalam artikel tersebut Watson mengemukakan antara lain tentang definisi psikologi, kritiknya terhadap strukturalisme dan fungsionalisme yang dipandang sebagai psikologi lama tentang kesadaraan.
c.       Psikologi Gestalt
Max Wertheimer (1880-1943) dapat dipandang sebagai pelopor Psikologi Gestalt, bekerjasama dengan Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang Kohler (1887-1967). Ketiga tokoh ini mempunyai pemikiran yang sama atau searah. Watson (toko behaviorisme) menentang Wundt (Strukturalisme) dan menentang digunakannya metoda intropeksi, karena dianggap hasilnya meragukan. Pandangan pokok psikologi Gestalt adalah bahwa apa yang dipersepsi itu merupakan suatu kebulatan, suatu unit atau suatu Gestalt. Psikologi Gestalt semula timbul berkaitan dengan masalah persepsi, yaitu pengalaman Wertheimer di stasiun kereta api yang disebut sebagai phi phenomena.
d.      Psikoanalisis
Sigmund Freud (1856-1939) merupakan pendiri psikoanalisis. Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal/menyimpang. Pandangan Freud secara lengkap adalah sebagai berikut:
1)      Kesadaran dan Ketidaksadaran
Kesadaran dapat diibaratkan sebagai permukaan gunung es yang nampak. Jadi, kesadaran itu merupakan bagian kecil dari kepribadian. Ketidaksadaran yang merupakan bagian kecil dari gunung es dibawah permukaan air mengandung insting-insting yang mendorong perilaku manusia
2)      Insting dan Kecemasaan
Freud menyatakan insting terdiri dari insting untuk hidup (life instinct) dan insting untuk mati (deathinstinct). Life instict mencakup lapar, haus dan seks, ini merupakan kekuatan kreatif dan oleh Freud disebut Libido. Sedang death instinct merupakan kekuatan destruktif. Hal ini dapat ditujukan kepada diri sendiri, menyakiti diri sendiri, atau bunuh diri atau ditujukan keluar merupakan bentuk agresi.
Menurut Freud ada 3 macam kecemasan yaitu:
-          Kecemasan objektif, merupakan kecemasan yang timbul dari ketakutan terhadap bahaya nyata.
-          Kecemasa neurotik, merupakan kecemasan atau merasa takut akan mendapatkan hukuman atas keinginan yang impulsif.
-          Kecemasan moral, merupakan  kecemasan yang berkaitan dengan moral.
Pandangan lain dari Sigmund Freud yang penting adalah tentang mekanisme pertahanan (defence mechanism). Mekanisme pertahanan ini bertujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak dapat dibenarkan oleh super ego dan ego. Sembilan mekanisme pertahanan yang dikemukakan oleh Freud adalah:
a)      Represi, terjadi kalau seseorang mengalami suatu peristiwa tetapi karena pengalaman itu ternyata mengancam/bertentangan dengan super ego, maka pegalaman tersebut ditekan atau direpres masuk ke dalam ketidaksadaraan dan disimpan agar tidak mengancam super ego lagi.
b)      Pembentukan Reaksi, reaksi seseorang yang sebaliknya dari dikehendaki, agar tidak melanggar ketentuan dari super ego.
c)      Proyeksi, karena super ego melarang seseorang mempunyai perasaan atau sikap negatif terhadap orang lain, maka ia berbuat seolah-olah orang lain yang mempunyai perasaan negatif terhadap dirinya.
d)      Penempatan yang keliru, Kalau seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan terhadap orang lain karena hambatan dari super ego, maka ia akan melampiaskan perasaan tersebut kepada pihak ketiga.
e)      Rasionalisasi, dorongan-dorongan yang sebenernya dilarang oleh super ego, dicarikan dasra rationalnya sedemikian rupa, sehingga seolah-olah dapat dibenarkan.
f)       Supresi, adalah upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan atau bertentangan dengan super ego ke dalam ketidaksadarannya
g)      Sublimasi, dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh super ego dialihkan ke dalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma masyarakat
h)      Kopensasi, untuk menutupi kegagalannya dalam suatu bidang kelemahan atau dari bagian/organ fisiknya, ia membuat prestasi yang tinggi dalam bidang tersebut atau berkaitan dengan organ fisiknya.
i)        Regresi, untuk menghindari kegagalan-kegagalan atua ancaman terhadap egonya, individu mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih rendah misalnya kembali pada masa kanak-kanak. Pendapat lain dari Freud adalah bahwa setiap individu mempunyai seksualitan kanak-kanak (infantile sexuality) yaitu dorongan seksual yang terdapat pada bayi. Dorongan ini akan berkembang terus menjadi dorongan seksualitas pada orang dewasa, melalui beberapa tingkat perkembangan, yaitu:
                                            i.      Fase oral (mulut): pada fase ini kepuasan seksual terutama terdapat di sekitar mulut.
                                          ii.      Fase anal (anus): pada fase ini kira-kira usia 2 tahun, daerah kepuasan sksual berpindah ke anus.
                                        iii.      Fase phalic: Pada anak usia 6-7 tahun kepuasan seksualnya terdapat pada alat kelamin.
                                        iv.      Fase latent: Pada anak usia 7-8 tahun sampai menginjak awal remaja, seolah-olah tidak ada aktivitas seksual. Karena disebut fase tersmbunyi.
                                          v.      Fase genital: dimulai sejak remaja, segala kepuasan seks terutama berpusat pada alat  kelamin.
e.       Psikologi Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat dipandang sebagai bapak dari Psikologi Humanistik. Menurut Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nila dan pilihan-pilihannya sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Maslow terkenal karena teori motovasinya, dalam bukunya “Motivation and personality”. Dalma buku tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat 5 macam kebutuhan yang berhirarki, meliputi:
1)      Kebutuhan-Kebutuhan fisiologis (the physiologist needs)
2)      Kebutuhan-Kebutuhan rasa aman (the safety needs)
3)      Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness)
4)      Kebutuhan akan penghargaan (the self-esteem needs)
5)      Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
Ada 4 ciri psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
a)      Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b)      Memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas, aktualisasi, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
c)      Menyadarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan
d)      Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat manusia  serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren ada setiap individu (Misiak dan Sexton,1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistik, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy (Walgito, B 2002:80).
f.        Psikologi Kognitif
Behaviorisme menyatakan bahwa psikologi harus menyingkirkan pandangan tentang kesadaran. Kesadaran menurut Behaviorisme tidak dapat diamati secara langsung. Walaupun demikian selanjutnya timbul gerakan untuk kembali pada pandangan semula, yaitu pandangan yang menyatakan  bahwa kesadaran adalah objek penelitian dan intropeksi sebagia metode penelitian.
Ahli yang dapat dipandang sebagai bapak psikologi kognitif adalah George Miller. Menurut  pendapatnya, terdapat kesamaan antara beroperasinya komputer dengan human mind. Selanjutnya objek yang dipelajari dalam psikologi adalah cognation.

Sumber : Psikologi Umum Universitas Gunadarma, A.M. Heru Basuki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar