Bab II
Perkembangan Psikologi
A.
Psikologi
Filosofis
Psikologi semula tergabung dengan filsafat, sehingga
hal-hal yang dipergunakan dalam filsafat, misalnya metoda analisis, tujuan
studi, mempengaruhi psikologi. Namun selanjutnya seperti ilmu-ilmu yang lain,
demikian juga psikologi melepaskan diri dari fisik.
Abad XVII merupakan abad perkembangan ilmu pengetahuan
(science). Salah seorang tokoh zaman Yunani kuno yang terkenal dengan metoda analisis metafisi adalah Aristoteles.
Pada abad XVII cara berpikir metafisis mulai ditinggalkan oleh ilmu-ilmu
empiris dan berkembanglah pandangan bahwa ilmu pengetahuan harus objektif :
artinya harus berdasarkan sesuatu yang nyata atau harus berdasarkan sesuatu
yang empiris atau sesuai dengan pengalaman.
Ilustrasi perkembangan filsafat pada psikologi tampak
dalam pengaruh aliran rationalisme dalam diri Decrates dan empiris dengan
tokohnya John Locke.
1.
Rationalisme
Decrates
Tokoh
Rationalisme adalah Rene Descrates (1596-1650). Sumbangan Rene Descrates dalam
psikologi adalah menyangkut konsepsi tentang hubungangan antara psikis dengan fisik. Teori sebelum Decrates
menyatakan hubungan psikis dnegan fisik bersifat searah. Artinya psikis
mempengaruhi badan tetapi badan tidak mempengaruhi psikis namun hubungan itu
bersifat timbal balik psikis
mempengaruhi fisik, fisik mempengaruhi psikis.
Psikis itu hanya memiliki satu
fungsi yaitu berpikir. Hal ini dapat disimpulkan dari pandangan yang
menyatakan: “Cogito Ergo Sum” artinya
“Karena aku berpikir maka aku ada”.
2.
Empiris
John Locke
Tokoh dari
faham empiris adalah John Locke (1632-1740). Menurut John Locke manusia tidak
dilengkapi pengetahuan apapun pada waktu dilahirkan seperti tabularasa yaitu kertas putih yang akan ditulis oleh pengalaman. Locke membedakan 2
pengalaman yaitu:
a) Pengalaman
yang datang dari penginderaan (sensation)
b) Pengalaman
yang datang dari refleksi (reflection).
B.
Psikologi
Fisiologi dan Psikologi Eksperimental
Pengaruh science dan fisiologi pada psikologi menjadi
permulaan psikologi eksperimental seperti yang dikemukakan Wilhelm Wundt. Terdapat 4 orang ahli yang mengadakan
eksperimen-eksperimen yang mempengaruhi penggunaan eksperimen dalam psikologi,
yaitu :
a) Herman
Von Helmholtz
b) Ernest
Weber
c) Gustav
Theodore Fechner
d) Wilhem
Wundt
Psikologi Eksperimen (Wilhelm Wundt)
Wilhelm
Wundt (1832-1920) merupakan bapak psikologi modern, karena sejak wundt,
psikologi memisahkan diri dari filsafat dengan didirikannya Lboratorium
Psikologi. Wundt menyatakan bahwa psikologi merupakan ilmu yang mandiri tidak
tergantung dari ilmu lain dan ilmu yang eksperimental. Wundt melakukan
eksperimen-eksperimen dalam laboratorium yang didirikan sendiri.
Pada
tahun 1867 Wundt memberikan kuliah tentang physological Psychology di
Heidelberg. Istilah physological disini mempunyai arti yang sama dengan ekperimental. Jadi Physiological Psychology tersebut sebenarnya berarti Eksperimental
Psychology. (Walgito:16)
Dalam
suatu tulisannya Wundt mengemukakan: “The
first step in the investigation of a fact must therefore be a description of
the individual elements.....of which it consist” (Schultz dan Schultz,
1992).
Psikologi
Wundt adalah psikologi mengenai pengalaman kesadaran, maka metode yang
digunakan dalam psikologi adalah observasi mengenai pengalaman tersebut. Hanya orang
yang mempunyai pengalaman tersebut yang dapat mengadakan observasi. Karena itu
metodenya adalh intropeksi, dimana
seseorang mengobservasi keadaan psikisnya sendiri.
C.
Berbagai
Pendekatan dan Aliran dalam Psikologi
a.
Psikologi
Fungsional (William James)
William
James (1842-1920) merupakan peopor psikologi. Psikologi funsional memandang
psikis (mind) sebagai fungsi atau sesuatu yang digunakan oleh organisme untuk
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungannya.
Salah satu
teori James yang sangat populer adalah teori mengenai emosi. Pada waktu yang
bersamaan seorang ahl fisiologi Denmark yaitu Carl Lange mengajukan teori yang
sama dengan teori James, lalu dikenal sebagai teori James-Lange tentang emosi
b.
Psikologi
Behaviorisme
1)
Juan
Petrovich Pavlov (1849-1936)
Para ahli Behaviorisme termasuk Pavlov meneliti psikologi
secara objektif, yaitu yang dapa
diobservasi secara langsung. Pavlov menolak dgunakan metoda intropeksi, karena
tidak dapat diperoleh data ynag objektif. Pavlov ingin merintis objective
psychology, oleh karena itu metoda intropeksi tidak digunakan.
2)
Edward
Lee Thorndike (1874-1949)
Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian
tentang animal psychology. Penelitian mengenai hewan diwujudkan dalam
disertasi doktornya yang berjudul “Animal
Intelligence: An Experimental Study of The Associative Processes in Animal”,
yang kemudian diterbitkan dalam buku pada tahun 1911 dengan judul “Animal Intelligence” (Hergenhanhn 1976).
Dari eksperimennya, Thorndike mengajukan tiga macam hukum yang sering dikenal
sebagai hukum primer dalam belajar,
yaitu:
§ Hukum kesiapan (the laws of readiness),
Belajar yang baik memerlukan adanya kesiapan dari organisme yang bersangkutan.
§ Hukum latihan (the law of exercise),
hukum latihan ini ada 2 ospek: (1). The
law of use dan (2). The law of disuse
§ Hukum efek (the law of affect), yaitu
hukum yang meyatakan hubungan antar simulus dan respons menjadi kuat atau lemah
tergantung pada hasil yang menyenangkan atau tidak
3)
Burrhus
Frederick Skinner (1984-1990)
Untuk menjelaskan teorinya, Skinner mengadakan suatu
percobaan yang disebut proses kondisionng operant. Proses kondisioning tidak jauh berbeda dari kondisioning klasik
dari Pavlov. Menurut Skinner terdapat dua prinsip umum yang berkaitan dengan
kondisioning operan, yaitu:
Setiap respon yang diikuti oleh reward → ini bekerja sebagai
reinforcement
stimuli → akan cenderung diulangi.
Reward atau reinforcement stimuli akan meningkatkan kecepatan (rate) terjadinya respons.
4)
John
B. Watson (1877-1958)
Pandangan Watson dapat diikuti dalam artikelnya yang
berjudul “Psychology as the Behaviorist Views
It” tahun 1913. Dalam artikel tersebut Watson mengemukakan antara lain
tentang definisi psikologi, kritiknya terhadap strukturalisme dan
fungsionalisme yang dipandang sebagai psikologi lama tentang kesadaraan.
c.
Psikologi
Gestalt
Max Wertheimer (1880-1943) dapat dipandang sebagai pelopor Psikologi Gestalt, bekerjasama dengan Kurt Koffka (1886-1941) dan Wolfgang
Kohler (1887-1967). Ketiga tokoh ini mempunyai pemikiran yang sama atau
searah. Watson (toko behaviorisme) menentang Wundt (Strukturalisme) dan
menentang digunakannya metoda intropeksi, karena dianggap hasilnya meragukan. Pandangan
pokok psikologi Gestalt adalah bahwa apa yang dipersepsi itu merupakan suatu
kebulatan, suatu unit atau suatu
Gestalt. Psikologi Gestalt semula timbul berkaitan dengan masalah persepsi, yaitu
pengalaman Wertheimer di stasiun kereta api yang disebut sebagai phi phenomena.
d.
Psikoanalisis
Sigmund Freud (1856-1939)
merupakan pendiri psikoanalisis. Menurut Freud pikiran-pikiran yang direpres
atau ditekan, merupakan sumber perilaku yang tidak normal/menyimpang. Pandangan
Freud secara lengkap adalah sebagai berikut:
1)
Kesadaran
dan Ketidaksadaran
Kesadaran dapat diibaratkan sebagai permukaan gunung es yang nampak. Jadi, kesadaran itu merupakan
bagian kecil dari kepribadian. Ketidaksadaran yang merupakan bagian kecil dari
gunung es dibawah permukaan air mengandung insting-insting yang mendorong
perilaku manusia
2)
Insting
dan Kecemasaan
Freud menyatakan insting terdiri dari insting untuk hidup (life instinct) dan insting
untuk mati (deathinstinct). Life instict mencakup
lapar, haus dan seks, ini merupakan kekuatan kreatif dan oleh Freud disebut Libido. Sedang death instinct merupakan
kekuatan destruktif. Hal ini dapat ditujukan kepada diri sendiri, menyakiti
diri sendiri, atau bunuh diri atau ditujukan keluar merupakan bentuk agresi.
Menurut Freud ada 3 macam kecemasan yaitu:
-
Kecemasan objektif, merupakan kecemasan yang timbul dari
ketakutan terhadap bahaya nyata.
-
Kecemasa neurotik, merupakan kecemasan atau merasa takut
akan mendapatkan hukuman atas keinginan yang impulsif.
-
Kecemasan moral, merupakan kecemasan yang berkaitan dengan moral.
Pandangan lain dari Sigmund Freud yang penting adalah
tentang mekanisme pertahanan (defence mechanism). Mekanisme pertahanan
ini bertujuan untuk menyalurkan dorongan-dorongan primitif yang tidak dapat
dibenarkan oleh super ego dan ego. Sembilan mekanisme pertahanan yang
dikemukakan oleh Freud adalah:
a)
Represi,
terjadi kalau seseorang mengalami suatu peristiwa tetapi
karena pengalaman itu ternyata mengancam/bertentangan dengan super ego, maka
pegalaman tersebut ditekan atau direpres masuk ke dalam ketidaksadaraan dan
disimpan agar tidak mengancam super ego lagi.
b)
Pembentukan
Reaksi, reaksi seseorang yang sebaliknya dari dikehendaki, agar
tidak melanggar ketentuan dari super ego.
c)
Proyeksi,
karena super ego melarang seseorang mempunyai perasaan
atau sikap negatif terhadap orang lain, maka ia berbuat seolah-olah orang lain
yang mempunyai perasaan negatif terhadap dirinya.
d)
Penempatan
yang keliru, Kalau seseorang tidak dapat melampiaskan perasaan
terhadap orang lain karena hambatan dari super ego, maka ia akan melampiaskan
perasaan tersebut kepada pihak ketiga.
e)
Rasionalisasi,
dorongan-dorongan yang sebenernya dilarang oleh super ego, dicarikan dasra
rationalnya sedemikian rupa, sehingga seolah-olah dapat dibenarkan.
f)
Supresi,
adalah upaya menekan sesuatu yang dianggap membahayakan
atau bertentangan dengan super ego ke dalam ketidaksadarannya
g)
Sublimasi,
dorongan-dorongan yang tidak dibenarkan oleh super ego
dialihkan ke dalam bentuk perilaku yang lebih sesuai dengan norma-norma
masyarakat
h)
Kopensasi,
untuk menutupi kegagalannya dalam suatu bidang kelemahan
atau dari bagian/organ fisiknya, ia membuat prestasi yang tinggi dalam bidang
tersebut atau berkaitan dengan organ fisiknya.
i)
Regresi,
untuk menghindari kegagalan-kegagalan atua ancaman
terhadap egonya, individu mundur kembali ke taraf perkembangan yang lebih
rendah misalnya kembali pada masa kanak-kanak. Pendapat lain dari Freud adalah
bahwa setiap individu mempunyai seksualitan
kanak-kanak (infantile sexuality)
yaitu dorongan seksual yang terdapat pada bayi. Dorongan ini akan berkembang
terus menjadi dorongan seksualitas pada orang dewasa, melalui beberapa tingkat
perkembangan, yaitu:
i.
Fase oral (mulut): pada fase ini kepuasan
seksual terutama terdapat di sekitar mulut.
ii.
Fase anal (anus): pada fase ini kira-kira
usia 2 tahun, daerah kepuasan sksual berpindah ke anus.
iii.
Fase phalic: Pada anak usia 6-7 tahun
kepuasan seksualnya terdapat pada alat kelamin.
iv.
Fase latent: Pada anak usia 7-8 tahun
sampai menginjak awal remaja, seolah-olah tidak ada aktivitas seksual. Karena disebut
fase tersmbunyi.
v.
Fase genital: dimulai sejak remaja,
segala kepuasan seks terutama berpusat pada alat kelamin.
e.
Psikologi
Humanistik
Abraham Maslow (1908-1970) dapat
dipandang sebagai bapak dari Psikologi Humanistik. Menurut Psikologi Humanistik
manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nila dan pilihan-pilihannya
sendiri bukan oleh kekuatan-kekuatan
ketidaksadaran.
Maslow terkenal karena teori
motovasinya, dalam bukunya “Motivation and personality”. Dalma buku
tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat 5 macam kebutuhan yang
berhirarki, meliputi:
1) Kebutuhan-Kebutuhan
fisiologis (the physiologist needs)
2) Kebutuhan-Kebutuhan
rasa aman (the safety needs)
3) Kebutuhan
rasa cinta dan memiliki (the love and
belongingness)
4) Kebutuhan
akan penghargaan (the self-esteem needs)
5) Kebutuhan
akan aktualisasi diri (the
self-actualization needs)
Ada 4 ciri
psikologi yang berorientasi humanistik, yaitu:
a) Memusatkan
perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman
sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
b) Memberi
tekanan pada kualitas-kualitas yang khas manusia, seperti kreativitas,
aktualisasi, sebagai lawan pandang tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
c) Menyadarkan
diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan
prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan
d) Memberikan
perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tinggi pada kemuliaan dan martabat
manusia serta tertarik pada perkembangan
potensi yang inheren ada setiap individu (Misiak dan Sexton,1988). Selain
Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistik, juga Carl Rogers (1902-1987)
yang terkenal dengan client-centered therapy (Walgito, B
2002:80).
f.
Psikologi
Kognitif
Behaviorisme menyatakan bahwa
psikologi harus menyingkirkan pandangan tentang kesadaran. Kesadaran menurut
Behaviorisme tidak dapat diamati secara langsung. Walaupun demikian selanjutnya
timbul gerakan untuk kembali pada pandangan semula, yaitu pandangan yang menyatakan bahwa kesadaran
adalah objek penelitian dan intropeksi
sebagia metode penelitian.
Ahli yang dapat dipandang sebagai bapak psikologi
kognitif adalah George Miller. Menurut pendapatnya, terdapat kesamaan antara
beroperasinya komputer dengan human mind. Selanjutnya objek yang
dipelajari dalam psikologi adalah cognation.
Sumber : Psikologi Umum Universitas Gunadarma, A.M. Heru Basuki
Sumber : Psikologi Umum Universitas Gunadarma, A.M. Heru Basuki
Tidak ada komentar:
Posting Komentar