MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
Disusun oleh :
Nama
: FITRIANA INDRIASTUTI
Kelas : 1PA13
NPM :
12515753
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : JHON HENDRI
FAKULTAS
/JURUSAN PSIKOLOGI
2015
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB I
Bab VI
MANUSIA DAN PENDERITAAN
A.
Penderitaan
Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal
dari bahasa sansekerta yaitu dhra yang artinya menahan atau menanggung. Derita artinya
menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Tuhan memberikan
kesenangan atau kebahagiaan kepada umatnya, tetapi juga memberikan penderitaan
atau kesedihan yang kadang-kadang bermakna agar manusia sadar untuk tidak
memalingkan dariNya.
Baik dalam Al Quran maupun kitab suci agama lain banyak
surat dan ayat yang menguraikan tentang penderitaan yang dialami oleh manusia
atau berisi peringatan bagi manusia akan adanya penderitaan. Tetapi umumnya
manusia kurang memperhatikan peringatan tersebut, sehingga manusia mengalami
penderitaan. Dalam surah Al Insyiqoq ayat 6 dinyatakan “manusia ialah makhluk
yang hidupnya penuh perjuangan.” Ayat tersebut harus diartikan, bahwa manusia
harus bekerja keras untuk mendapatkan kelangsungan hidupnya.
Menurut agama penderitaan itu adalah teguran dari tuhan.
Penderitaan ada yang ringan dan berat contoh penderitaan yang ringan adalah
ketika seseorang mengalami kegagalan dalam menggapai keinginannya. Sedangkan
contoh dari penderitaan berat adalah ketika seorang manusia mengalami kejadian
pahit dalam hidupnya hingga ia merasa tertekan jiwanya sampai terkadang ingin
mengakhiri hidupnya.
B.
Penderitaan & sebab-sebabnya
Apabila
dikelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab-sebab timbulnya penderitaan,
maka penderitaan manusia dapat dibagi sebagai berikut :
1.
Penderitaan
yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan
yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam
hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Karena perbuatan buruk antara sesama
manusia maka manusia lain menjadiderita. Perbuatan buruk manusia terhadap
lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia. Kesadaran itu baru timbul
setelah musibah yang membuat manusia menderita.
2.
Penderitaan
yang timbul akibat penyakit,siksaan/azab Tuhan
Penderitaan
manusia dapat juga terjadi akibat penyakit/siksaaan/azab Tuhan. Namun
kesabaran, tawakal, & optimisme dapat merupakan usaha manusia untuk
mengatasi penderitaan itu.
C.
Siksaan
Siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan/jasmani, dan
dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami
seseorang timbullah penderitaan. Didalam kitab suci diterangkan jenis &
ancaman siksaaan yang dialami manusia di akhirat nanti, yaitu siksaan bagi orang-orang
musyrik, syirik, dengki, memfitnah, mencuri, makan harta anak yatim, dan
sebagainya. Antara lain ayat 40 surah Al Ankabut menyatakan : “masing-masing
bangsa itu kami siksa dengan ancaman siksaan, karena dosa-dosanya. Ada diantara
kami hujani dengan batu-batu kecil seperti kaum Aad, ada yang diganyang dengan
halilintar bergerumuh dahsyat seperti kaum Tsamud, ada pula yang kami benamkan
kedalam tanah seperti Qorun, dan ada pula yang kami tenggelamkan seperti kaum
Nuh”. Dengan siksaan-siksaan itu, Allah tidak akan menganiaya
mereka, namun mereka jualah yang menganiaya diri sendiri, karena dosa-dosanya.
D. Siksaan
yang bersifat Psikis
1. Kebimbangan, dialami oleh seseorang apabila ia
pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang diambil. Bagi orag
yang lemah berpikirnya, masalah kebimbangan akan lama dialami, sehingga siksaan
itu berkepanjangan. Tetapi bagi orang yang cepat mengambil suatu keputusan,
sehingga kebimbangan akan cepat diatasi.
2. Kesepian, dialami oleh seseorang merupakan
rasa sepi dalam dirinya sendiri atau jiwanya walaupun ia dalam lingkungan
ramai. Kesepian ini tidak boleh dicampuradukan dengan keadaan sepi seperti yang
dialami oleh petapa yang tempat tinggalnya ditempat yang sepi. Kesepian juga
merupakan salah satu wujud dari siksaan yang dialami oleh seseorang. Kesepian
perlu cepat diatasi agar seseorang jangan terus menerus merasakan penderitaan
batin. Selain mencari kawan, seseorang juga perlu mencari kesibukan, khususnya
yang bersifat fisik, sehingga rasa kesepian tidak memperoleh tempat dan waktu
dalam dirinya.
3. Ketakutan, merupakan bentuk lain yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut dibesar-besarkan
yang tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia. Ketakutan dapat juga
timbul atau dialami seseorang walaupun lingkungannya ramai, sebab ketakutan
merupakan hal yang bersifat psikis. Banyak sebab yang menjadikan seseorang merasakan
ketakutan antara lain :
·
- Claustrophobia&Agoraphobia
Claustrophobia
adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup. Agorophpbia adalah ketakutan yang
disebabkan seseorang berada di tempat terbuka.
· - Gamang
Merupakan
ketakutan seseorang berada ditempat yang tinggi.
4.
Kegelapan. merupakan
suatu ketakutan seseorang bila ia berada di tempat yang gelap.
5.
Kesakitan, merupakan ketakutan yang disebabkan
oleh rasa sakit yang dialami.
6. Kegagalan, merupakan ketakutan seseorang
disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan.
E. Kekalutan
Mental
Gejala-gejala
permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah sebagai berikut :
1.
Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas,
demam, nyeri pada lambung
2.
Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah
hati, apatis, cemburu, mudah marah.
3.
Selalu
iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga
dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi
diri dan bunuh diri.
4.
Komunikasi
sosial putus dan ada yang disorientasi social.
5.
Kepribadian
yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan
merasa rendah diri, (orang-orang melankolis)
6.
Terjadinya
konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya
dengan lingkungan masyarakat.
Tahap-tahap
gangguan jiwa :
1. Gangguan kejiwaan nampak dalam
gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.
2. Usaha mempertahankan diri dengan cam
negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada
orang yang tidak menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru
lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan
melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
3. Kekalutan merupakan titik patah
(mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan
4. Krisis ekonomi yang berkepanjangan
telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama
gangguan kecemasan.
5. Dipicu oleh faktor psychoeducational.
Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak
kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil
yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase
perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa
yang lebih parah.
6. Faktor sosial atau lingkungan juga
dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan
populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung
untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan
jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi
mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak
berlaku secara absolut.
Sebab-sebab timbulnya kekalutan
mental :
1.
Kepribadian
yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
2.
Terjadinya
konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan
dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi.
3.
Cara
pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap
kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional.
Proses-
proses kekalutan mental :
·
Positif,
bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan disikapi untuk mengambil
hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah mencari jalan keluar maksimal,
tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan kepada sang pencipta yaitu
Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali dilain waktu.
·
Negatif,
bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan, sehingga yang bersangkutan
mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak tercapainya apa yang
dicita-citakan. Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari
bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya
menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu
dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Sedangkan perjuangan merupakan usaha
manusia untuk keluar dari penderitaan.
F. Penderitaan
& Perjuangan
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat manusia, artinya sudah
menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup ditakdirkan bukan hanya
untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu manusia hidup tidak boleh
pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian penderitaan. Manusia harus
optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan hidupnya. Allah berfirman dalam
surat Arra’du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang kecuali
orang itu sendiri yang berusaha merubahnya. Pembebasan dari penderitaaan pada hakekatnya meneruskan
kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan hidup dalam
alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai doa kepada
Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kita sebagai manusia hanya
bisa merencanakan namun yang Tuhanlah yang yang menentukan hasilnya.
G. Penderitaan,
media massa & seniman
Berita mengenai penderitaan manusia silih berganti mengisi
lembaran koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud agar semua orang yang
menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia. Dengan demikian dapat
mengunggah hati manusia untuk berbuat sesuatu. Media massa adalah alat yang
paling tepat untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia
secara cepat kepada asyarakat luas. Dengan demikian masyarakat dapat segera
menilai untuk menentukan sikap anatara sesama manusia, terutama bagi mereka
yang simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para
seniman melalui karya seni, sehingga para pembaca dapat mengambil hikmah dan
pelajaran dari karya tersebut.
H. Pengaruh
Penderitaan Terhadap Kelangsungan Hidup Manusia
Penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-macam
dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap positif ataupun
sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak bahagia, sikap
kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap positif yaitu sikap optimis
mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan, melainkan
perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu adalah hanya
bagian dari kehidupan.
Orang yang merasa dirinya menderita akan mendapat tekanan
dari dalam jiwanya dan rasa malu. Tak jarang banyak manusia yang ingin
mengakhir hidupnya karena tidak kuat menopang siksaan dalam hidupnya. Ini
terjadi di karenakan kekalutan mental. Kekalutan mental merupakan suatu keadaan
dimana jiwa seseorang mengalami kekacuan dan kebingungan dalam dirinya sehingga
ia merasa tidak berdaya. Gejala-
gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental sebagai berikut :
a)
Fisiknya
sering merasa pusing, sesak napas, demam dan nyeri pada lambung.
b) Jiwanya
sering menunjukkan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis (kurangnya emosi,
motivasi, atau antusiasme).
Terkadang kekalutan mental bisa berujung pada gangguan jiwa
dikarenakan kepribadiaan yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang
kurang sempurna sehingga orang tersebut merasa rendah diri.
I. Contoh-contoh
penderitaan dan penyebabnya
Berdasarkan
sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dibagi menjadi
2 bagian sebagai berikut :
Ø
Nasib buruk penderitaan ini karenakan
perbuatan buruk manusia yang dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan
alam sekitarnya. Perbedaan nasip buruk dan takdir adalah jika takdir di
tentukan oleh tuhan sedangkan nasib buruk penyebabnya Karena ulah manusia itu
sendiri. Contohnya : penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab
tuhan. Namun dengan kesabaran dan tawakal dan optimise merupakan usaha manusia
untuk mengatasi penderitaan tersebut.
Ø
Kehilangan
orang tua, setiap manusia pasti mencintai orang tuanya dan memiliki hubungan
yang erat dengan keluarganya. Penderitaan ini adalah yang paling sering kita
jumpa dan sangat sedih tentunya .tapi kesedihan Karena penderitaan diharapkan
tidak berlarut larut karena semua manusia yang hidup pasti akan kembali kepada
tuhannya.
Ø
Kemiskinan
, banyak orang yang mederita karena kemiskinan , merasa tidak pernah cukup
dengan apa yang telah ia punya sehingga mengakibatkan seseorang merasa
menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu yang ia inginkan. Ini di karena
kan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang telah di berikan oleh tuhan.
Ø
Bencana,
tidak ada seorang pun yang dapat menghindari bencana yang tuhan berikan.
Bencana bisa kapan saja dating dan menimpa siapa saja bahkan seringkali
mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin yang diakibatkan karena
bencana juga sulit di sembuhkan.
Bab VII
Manusia Dan Keadilan
A. Pengertian pengadilan
Keadilan adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda atau orang. Menurut sebagian besar, kejadian memiliki
tingkat kepentingan yang besar. John
Rawls, filsuf Amerika Serikat yang dianggap salah satu filsuf politik
terkemuka abad ke-20, menytakan bahwa “Keadilan adalah kelebihan (virtue)
pertama dari institusi social, sebagaimana halnya kebenaran pada system
pemikiran”. Tapi, menurut kebanyakan teori juga, keadilan belum lagi tercapai:
“Kita tidak hidup di dunia yang adil”. Kebanyakan orang percaya bahwa
ketidakadilan harus diawan dan dihukum, dan banyak gerakan social dan politis
diseluruh dunia yang berjuang menegakkan keadilan. Tapi, banyaknya jumlah dan
variasi teori keadilan memberikan pemikiran bahwa tidak jelas apa yang dituntut
dari keadilan dan realita ketidakadilan, karena definisi apakah keadilan itu
sendiri tidak jelas. Keadilan intinya adalah meletakkan segala sesuatunya pada
tempatnya.
1.
Teori Keadilan John Rawls Pemahaman
Sederhana, didalam
perkembangan pemikiran filsafat hukum dan teori hukum tentu tidak lepas dari
konsep keadilan. Konsep keadilan tidak menjadi monopoli pemikiran satu orang
ahli saja. Banyak para pakar dari berbagai disiplin ilmu memberikan jawaban apa
itu keadilan. Thomas Aqunas,
Aristoteles, John Rawls, Dowkrin, R Nozick dan Posner sebagian nama yang
memberikan jawaban tentang konsep keadilan.Dari beberapa nama tersebut John Rawls, menjadi salah satu ahli
yang selalu menjadi rujukan baik ilmu filsafat, hukum, ekonomi, dan politik di
seluruh belahan dunia, tidak akan melewati teori yang dikemukakan oleh John Rawls. Terutama melalui karyanya A Theory of Justice, Rawls dikenal sebagai salah seorang
filsuf Amerika kenamaan di akhir abad ke-20. John Rawls dipercaya sebagai salah seorang yang memberi pengaruh
pemikiran cukup besar terhadap diskursus mengenai nilai-nilai keadilan hingga
saat ini.
Akan
tetapi, pemikiran John Rawls
tidaklah mudah untuk dipahami, bahkan ketika pemikiran itu telah ditafsirkan
ulang oleh beberapa ahli, beberapa orang tetap menggap sulit untuk menangkap
konsep kedilan John Rawls. Maka,
tulisan ini mencoba memberikan gambaran secara sederhana dari pemikiran John Rawls, khususnya dalam buku A Theory of Justice. Kehadiran
penjelasan secara sederhana menjadi penting, ketika disisi lain orang mengangap
sulit untuk memahami konsep keadilan John
Rawls. Teori keadilan Rawls dapat disimpulkan memiliki inti
sebagai berikut:
- Memaksimalkan kemerdekaan. Pembatasan terhadap kemerdekaan ini hanya untuk kepentingan kemerdekaan itu sendiri,
- Kesetaraan bagi semua orang, baik kesetaraan dalam kehidupan sosial maupun kesetaraan dalam bentuk pemanfaatan kekayaan alam (“social goods”). Pembatasan dalam hal ini hanya dapat dizinkan bila ada kemungkinan keuntungan yang lebih besar.
- Kesetaraan kesempatan untuk kejujuran, dan penghapusan terhadap ketidaksetaraan berdasarkan kelahiran dan kekayaan.
Untuk
meberikan jawaban atas hal tersebut, Rawls melahirkan 3 (tiga) pronsip kedilan, yang sering dijadikan
rujukan oleh bebera ahli yakni:
- Prinsip Kebebasan yang sama (equal liberty of principle)
- Prinsip perbedaan (differences principle)
- Prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity principle)
Rawls
berpendapat jika terjadi benturan (konflik), maka: Equal liberty principleharus diprioritaskan dari pada
prinsip-prinsip yang lainnya. Dan, Equal
opportunity principle harus diprioritaskan dari pada differences principle.
- Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia, kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
- Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia, sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan.
- Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat.
- Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
- Menurut pendapat yang lebih umum, dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.
B. Keadilan Sosial
Berbicara tentang keadilan, Anda tentu ingat dasar negara kita ialah Pancasila.
Sila kelima Pancasila berbunyi : “keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.” Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan
manusia karena dalam hidupnya manusia menghadapi keadilan atau ketidak adilan
setiap hari. Keadilan sosial mengandung arti
memelihara hak-hak individu dan memberikan hak-haknya kepada setiap orang yang
berhak menerima karena manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa
berdiri sendiri dalam memenuhi segala kebutuhannya.
C. Berbagai Macam Keadilan
a.
Keadilan
Legal atau keadilan moral
Plato
berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari
masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Pendapat Plato itu disebut
keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
b.
Keadilan
Distributif
Aristoteles
berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bila hal-hal yang sama diperlakukan
secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama.
c.
Keadilan
Komutatif
Keadilan
ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi
Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban
dalam masyarakat.
D. Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang
sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang
ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur
juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-erbuatan yang dilarang
oleh agama dan hukum. Barang siapa berkata jujur serta bertindak sesuai dengan
kenyataan, artinya orang itu berbuat benar. Orang bodoh yang ujur lebih baik
daripada orang pandai yang lancung.
F.
Kecurangan
Curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan
sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa. Curang atau kecurangan artinya
apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nurani. Kecurangan menyebabkan manusian
menjadi serakah, tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan
agar dianggap sebagai orang paling hebat, paling kaya, dan senang bila
masyarakat di sekelilingnya hidup menderita. Orang seperti itu biasanya tidak
senang bila ada yang melebihi kekayaannya. Padahal agama apa pun tidak
membenarkan orang yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan
orang lain, lebih pula mengumpulkan harta dengan cara yang curang. Hal semacam
itu salam istilah agama tidak diridhoi Tuhan.
G. Perhitungan
(HISAB) dan pembalasan
Dinegara kita ada suatu lembaga khusus yang menangani
kejahatan yaitu POLISI, disini polisi akan menyelidiki, dan mengungkap berbagai
macam kasus kejahatan yang di lakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung
jawab, dan yang selanjutnya akan diserahkan kepengadilan untuk diproses menurut
UUD.
Dalam islam kita kenal yaitu Yaumul hisab yaitu hari perhitungan
segala amal dan perbuatan kita semasa hidup kita didunia. Disini manusia yang
telah meninggal akan di hitung semua amal baik dan buruknya jika amal baiknya
lebih banyak maka iya akan masuk surga dan jika amal buruknya jauh lebih banyak
maka akan masuk neraka. dan di neraka inilah segala perbuatan jahat manusia di
dunia akan di balas sesuai dengan banyaknya kejahatan mereka didunia.
H. Pemulihan Nama Baik
Merupakan suatu pencapaian atau tujuan utama orang hidup.
Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya baik atau tidak tercemar
nama baiknya. Lebih-lebih jika dia menjadi teladan bagi orang atau tetangga di
sekitarnya adalah suatu kebangganan batin yang tidak ternilai harganya.
Penjagaan nama baik erat hubungan nya dengan tingkah laku atau perbuatan. Baik
atau tidaknya nama kita bergantung kepada diri kita sendiri menyikapi dan
menjalani kehidupan kita bersosialisai atau bermasyarakat di sekitar kita.
Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.
Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.
I. Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan orang lain. Reaksi
itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan yang seimbang, tingkah laku
yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan disebabkan oleh adanya
pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan yang bersahabat.
Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan yang tidak
bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan mahluk sosial.
Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk mewujudkan moral itu.
Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang menyebabkannya. Perbuatan
amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang melanggar atau memperkosa hak dan
kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia tidak menghendaki hak dan
kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia berusaha mempertahankan hak
dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan
Bab VIII
Manusia dan Pandangan Hidup
A.
Pengertian
Pandangan Hidup
1. Menurut Koentjaraningrat dalam buku
Ilmu Budaya Dasar yang disusun oleh Eddy Subandrijo (2000: 90) Pandangan hidup
(World View) adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih
secara selekif oleh individu dan golongan di dalam masyarakat.
2. Menurut Manuel Kaisiepo dalam buku
Ilmu Budaya Dasar yang disusun oleh Eddy Subandrijo (2000: 90) Pandangan hidup
mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup itu mencerminkan
cita-cita atau aspirasinya.
3. Menurut Lenski dalam buku Ilmu
Budaya Dasar yang disusun oleh Eddy Subandrijo (2000: 90) Pandangan hidup
merupakan bagian dari ideologi.
Secara umum Pandangan Hidup merupakan suatu dasar atau
landasan untuk membimbing kehidupan jasmani dan rohani. Pandangan hidup ini
sangat bermanfaat bagi kehidupan individu, masyarakat, atau negara. Semua
perbuatan, tingkah laku dan aturan serta undang-undang harus merupakan pancaran
dari pandangan hidup yang telah dirumuskan. Pandangan hidup sering disebut filsafat hidup. Filsafat
berarti cinta akan kebenaran, sedangkan kebenaran dapat dicapai oleh siapa
saja. Hal inilah yang mengakibatkan pandangan hidup itu perlu dimiliki oleh
semua orang dan semua golongan.
Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai
dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar
cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun
kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya
mengarah pada hal-hal yang bersifat negative.
Disinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang.
Disinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang.
Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini,
seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila
menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang
dihadapinya. Biasanya orang akan selalu ingat,
taat, kepada Sang Pencipta bila sedang dirudung kesusahan. Namun, bila manusia
sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan
pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang
Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa factor, antara lain :
·
Kurangnya
penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
·
Kurangnya
keyakinan pandangan hidupnya.
·
Kurang
memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
·
Kurang
mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam
pandangan hidupnya.
·
Atau
sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Pandangan hidup tidak sama dengan cita-cita. Sekalipun
demikian, pandangan hidup erat sekali kaitannya dengan cita-cita. Pandangan
hidup merupakan bagian dari hidup manusia yang dapat mencerminkan cita-cita
atau aspirasi seseorang dan sekelompok orang atau masyarakat.
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab kadang-kadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat. Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup itu bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif.
Pandangan hidup merupakan sesuatu yang sulit untuk dikatakan, sebab kadang-kadang pandangan hidup hanya merupakan suatu idealisme belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir didalam masyarakat. Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa pandangan hidup itu bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi serta tidak selamanya bersifat positif.
Pandangan hidup yang sudah diterima oleh sekelompok orang
biasanya digunakan sebagai pendukung suatu organisasi disebut ideology.
Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan, tuntutan seseorang ataupun
masyarakat dalam menempuh jalan hidupnya menuju tujuan akhir.
Dari definisi-definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa pandangan hidup adalah pendapat atau pertimbangan yang dijadikan
pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia yang mana mencerminkan diri
seseorang. Pandangan hidup tersebut dapat digunakan dalam menjalani hidup.
Pandangan hidup itu juga bisa diimplementasikan sebagai hasil-hasil pemikiran
manusia berdasarkan pengalaman, fakta, dan sikap meyakini sesuatu yang
diringkas sebagai pegangan, pedoman, petunjuk atau arahan. Pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya
yang terdiri dari 3 macam, yaitu:
1.
Pandangan hidup yang berasal dari agama, yaitu pandangan hidup
yang mutlak kebenarannya.
2.
Pandangan hidup yang berupa Ideologi, yang disesuaikan dengan
kebudayaan dan norma yang terdapat pada negara tersebut.
3.
Pandangan hidup hasil renungan, yaitu pandangan hidup yang relatif
kebenarannya.
Pandangan hidup mempunyai 4 unsur-unsur, yaitu:
1.
Cita-cita apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan
usaha atau perjuangan.
2.
Kebajikan segala hal yang baik yang membuat manusia makmur,
bahagia, damai dan tenteram.
3.
Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan.
4.
Keyakinan atau kepercayaan, merupakan hal terpenting dalam hidup
manusia
B.
Cita-cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan,
yang selalu ada dalam pikiran. Cita-cita merupakan pandangan masa depan dan
pandangan hidup dimasa yang akan datang.
Faktor manusia yang ingin mencapai cita-citanya ditentukan oleh
kualitas manusianya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu
perjuangan hidup yang apabila berhasil akan menimbulkan kepuasan. Faktor kondisi yang
mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang
menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar
tercapainya suatu cita-cita sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi
yang merintangi.
C.
Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan adalah suatu perbuatan
yang mendatangkan kesenangan bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebaikan pada
hakekatnya sama dengan perbuatan moral yang sesuai dengan norma-norma agama dan
etika.
Manusia berbuat baik karena pada hakekatnya manusia itu baik.
Makhluk bermoral atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.
Manusia adalah sebuah pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Kedua
unsur tersebut terpisah bila manusia meninggal. Manusia mempunyai kepribadian
oleh karena itu ia mempunyai pendapat sendirian ia mencintai dirinya,
perasaannya dan cita-citanya. Untuk dapat melihat kebajikan kita harus melihat
dari 3 segi, yaitu manusia sebagai mahluk pribadi, manusia sebagai anggota
masyarakat dan manusia sebagai makhluk Tuhan.
Suara hati adalah semacam bisikan didalam hati
yang mendesak seseorang untuk menimbang dan menentukan baik buruknya suatu
perbuatan. Jadi suara hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu
nilai suara hati amat besar dan penting dalam hidup manusia. Kebajikan adalah
perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat dan Tuhan.
Kebajikan berarti: berkata sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku
baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak meransang
bagi yang melihatnya.
D.
Usaha dan Perjuangan
Usaha dan perjuangan adalah kerja keras untuk
mewujudkan cita-cita. Sebagian hidup manusia adalah usaha atau berusaha.
Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, maka ia harus bekerja keras. Kerja
keras itu dapat dilakukan dengan otak atau ilmu maupun dengan tenaga atau
jasmani bahkan dengan keduanya. Kerja keras pada dasarnya menghargai dan
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sebaliknya pemalas membuat manusia
iri, miskin dan melarat bahkan menjatuhkan harkat dan martabatnya sebagai
seorang manusia.
E.
Keyakinan atau
Kepercayaan
Keyakinan atau kepercayaan berasal dari akal
atau kekuasaan Tuhan. Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, ada 3 aliran filsafat,
yaitu:
1.
Aliran Naturalisme, aliran ini berintikan spekulasi mungkin
ada Tuhan mungkin juga tidak. Dasar aliran ini adalah kekuatan gaib dari nature
dan itulah ciptaan Tuhan. Bagi yang percaya adanyaTuhan, itulah kekuasaan
tertinggi. Manusia adalah ciptaan Tuhan karena itu manusia mengabdi kepada
Tuhan berdasarkan ajaran ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama ada 2 macam,
yaitu:
·
Ajaran agama yang dogmatis, disampaikan Tuhan melalui ajaran para
nabi.
·
Ajaran agama dari pemuka agama, yaitu sebagai hasil pemikiran
manusia sifatnya relatif.
2. Aliran Intelektualisme, besar aliran ini
adalah logika atau akal. Akal berasal dari bahasa Arab yaitu qolbu yang
berpusat dihati, sehingga timbullah istilah “hati nurani” artinya daya rasa.
3. Aliran gabungan, dasar aliran ini
adalah perbuatan yang gaib dan akal. Kekuatan gaib artinya kekuatan yang
berasal dari Tuhan, sedangkan akal adalah dasar kebudayaan yang menentukan
benar tidaknya sesuatu. Apabila aliran ini dihubungkan dengan pandangan hidup,
maka akan timbul 2 kemungkinan pandangan hidup yaitu : pandangan hidup
sosialisme dansosialisme religius.
F.
Langkah-langkah
berpandangan hidup yang baik
1.
Mengenal, merupakan suatu kodrat
bagi manusia dan tahap hidup pertama dari setiap individu. Sebagai seorang
muslim kita mengenal pandangan hidup yaitu alquran dan hadist serta ijamak
Ulama yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
2.
Mengerti, mengerti disini
dimaksudkan pada mengerti tentang pandangan hidup.
3.
Menghayati, menghayati nilai-nilai
yang terkandung dalam pandangan hidup yaitu dengan memperluas dan memperdalam
pengetahuan mengenai pandangan hidup.
4.
Meyakini, merupakan suatu hal
yang cenderung memperoleh suatu kepastian sehingga dapat mencapai tujuan
hidupnya.
5.
Mengabdi, merupakan suatu hal
yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan
diterima baik oleh dirinya sendiri lebih dari orang lain.
6.
Mengamankan, merupakan langkah
terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam
menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup itu.
G. Macam-Macam Pandangan Hidup
Dalam buku berjudul Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis
bahwa macam-macam pandangan hidup yang disusun oleh Drs.M.Ngalim Purwanto
(2007:23) berdasarkan sumbernya,dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok,yaitu
:
1. Pandangan hidup berupa agama
(pandangan hidup muslim). Pandangan hidup ini memiliki kebenaran mutlak.
Sebagai contoh, pandangan hidup muslim(orang islam) bersumber dari Al-Qur’an
dan Sunah(sikap, perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad saw)
2. Pandangan hidup berupa ideologi
merupakan abstraksi dari nilai-nilai budaya suatu Negara atau bangsa. Misalnya
ideologi Pancasila dapat merupakan sumber pandangan hidup
3. Pandangan hidup berupa hasil
perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk hidup,
misalnya aliran-aliran kepercayan.
Bab IX dan X
Manusia dan Tanggung Jawab
A. Pengertian
Tanggung Jawab
Tanggung
jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung
segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa
Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala
sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.
Tanggung
jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat
sebagai wujud dan kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk yang bertanggung jawab. Disebut demikian karena manusia, selin
merupakan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan.
Manusia memiliki tuntutan besar untuk bertanggung jawab mengingat ia
mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual ataupun teologis.
Tanggung
jawab juga berkaitan dengan kewajiban. Kewajiban adalah sesuatu yang dibebankan
terhadap seseorang. Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak dan dapat juga
tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah tanggung
jawab trhadap kewajibannya. Kewajiban dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
1.
Kewajiban
Terbatas, kewajiban ini tanggung jawab diberlakukan kepada setiap orang.
Contohnya undang-undang larangan membunuh.
2.
Kewajiban
tidak Terbatas, kewajiban ini tanggung jawabnya diberlakukan kepada semua
orang. Tanggung jawab terhadap keajiban ini nilainya lebih tinggi, sebab
dijalankan oleh suara hati, seperti keadilan dan kebajikan
B. Macam-macam
Tanggung Jawab
Manusia itu berjuang memenuhi keperluannya sendiri atau
untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia akan menghadapi manusia lain dalam
masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia
menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan yaitu kekuasaan Tuhan.
Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau
hubungan yang dibuatnya. Atas dasar ini, dikenal jenis-jenis atau macam-macam
dari tanggung jawab.
1.
Tanggung
Jawab manusia terhadap diri sendiri
Menurut
sifatnya manusia adalah makhluk bermoral. Akan tetapi manusia juga seorang
pribadi, dan sebagai makhluk pribadi manusia mempunyai pendapat sendiri,
perasaan sendiri, angan-angan untuk berbuat ataupun bertindak, sudah barang
tentu apabila perbuatan dan tindakan tersebut dihadapan orang banyak, bisa jadi
mengundang kekeliruan dan juga kesalahan. Untuk itulah agar maanusia itu dalam
mengisi kehidupannya memperoleh makna, maka atas diri manusia perlu diberi
Tanggung Jawab.
2.
Tanggung
Jawab kepada keluarga
Masyarakat
kecil ialah keluarga. Keluarga adalah suami-istri, ayah-ibu dan anak-anak, dan
juga orang-orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga
wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung Jawab ini menyangkut nama
baik keluarga. Tetapi Tanggung Jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan,
pendidikan, dan kehidupan.
3.
Tanggung
Jawab kepada masyarakat
Satu
kenyataan pula, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Manusia merupakan anggota
masyarakat. Karena itu, dalam berpikir, bertingkah laku, berbicara, dan
sebagainya manusia terikat oleh masyarakat. Wajarlah apabila segala tingkah
laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.
Secara
kodrati dari sejak lahir sampai manusia mati, memerlukan bantuan orang lain.
Terlebih lagi pada zaman yang sudah semakin maju ini. Secara langsung maupun
tidak langsung manusia membutuhkan hasil karya dan jasa orang lain untuk
memenuhi segala kebutuhan hidup. Dalam kondisi inilah manusia membutuhkan dan
kerjasama dengan orang lain.
Kekuatan
pada manusia pada hakikatnya tidak terletak pada kemampuan fisik ataupun
kemampuan jiwanya saja, namun juaga terletak pada kemampuan manusia bekerjasama
dengan manusia lain. Karena dengan manusia lain, mereka dapat menciptakan
kebudayaan yang dapat membedakan manusia dengan makhluk hidup lain. Yang
menyadarkan manusia ada tingkat mutu, martabat dan harkat, sebagai manusia yang
hidup pada zaman sekarang dan akan datang.
Dalam
semua ini nampak bahwa dalam mempertahankan hidup dan mengejar kehidupan yang
lebih baik, manusia mustahil dapat mutlak berdiri sendiri tanpa bantuan atau
kerjasama dengan orang lain. Kenyataan ini menimbulkan kesadaran bahwa segala
yang dicapai dan kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia pada dasarnya berkat
bantuan atau kerjasama dengan orang lain didalam masyarakat. Kesadaran demikian
melahirkan kesadaran bahwa setiap manusia terpanggil hatinya untuk melakukan
apa yang terbaik bagi orang lain dan masyarakat. Boleh jadi inilah Tanggung
Jawab manusia yang utama dalam hidup kaitannya dengan masyarakat.
4.
Tanggung
Jawab kepada Bangsa/Negara
Satu
kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individual adalah warga nagara suatu
negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat
olah norma-norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak
dapat berbuat semau sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus
bertanggung jawab kepada negara.
5.
Tanggung
Jawab kepada Tuhan
Manusia
ada tidak dengan sendirimya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai
ciptaan Tuhan manusia dapat mengembangkan diri sendiri dengan sarana-sarana
pada dirinya yaitu pikiran, perasaan, seluruh anggota tubuhnya, dan alam
sekitarnya.
Dalam
mengembangkan dirinya manusia bertingkah laku dan berbuat. Sudah tentu dalam
perbuatannya manusia membuat banyak kesalahan baik yangdisengaja maupun tidak.
Sebagai hamba Tuhan, manusia harus bertanggung jawab atas segala perbuatan yang
saalah itu atau dengan istilah agama atas segala dosanya.
Dalam
kehidupan sehari-hari manusia bersembahyang sesuai dengan perintah Tuhan.
Apabila tidak bersembahyang, maka manusia itu harus mempertanggung jawabkan
kelalaiannya itu diakhirat kelak.
Manusia
hidup dalam perjuangan, begitu firman Tuhan. Tetapi bila manusia tidak bekerja
keras untuk kelangsungan hidupnya, maka segala akibatnya harus dipikul sendiri,
penderitaan akibat kelalaian adalah tanggung jawabnya. Meskipun manusia
menutupi perbuatannya yang salah dengan segala jalan sesuai dengan kondisi dan
kemampuannya, misalnya dengan hartanya, kekuasaannya, atau kekuatannya
(ancaman), namun manusia tak dapat lepas dari tanggung jawabnya kepada Tuhan.
C.
Pengertian
Pengabdian dan Pengorbanan
Wujud dari tanggung jawab juga
berupa pengabdian dan pengorbanan. Pengabdian dan pengorbanan adalah suatu perbuatan
yang baik untuk kepentingan manusia itu sendiri.
a.
Pengabdian
Pengabdian
adalah perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat ataupun tenaga sebaga
perwujudan, kesetiaan antara lain kepada raja, cinta, kasih sayang, hormat,
atau suatu ikatan dan semua dilakukan dengan ikhlas.
Timbulnya
pengabdian itu pada hakikatnya ada rasa tanggung jawab. Apabila kita bekerja
keras dari pagi sampai sore dibeberapa tempat untuk memenuhu kebutuhan rumah
tangga kita, itu berarti mengabdi kepada keluarga, karena kasih sayang kita
pada keluarga. Lain halnya jika keluarga kita membantu teman, karena ada
kessulitan, mungkin sampai berhari-hari ikut menyelesaikannya sampai tuntas,
itu bukan pengabdian, tetapi hanya bantuan saja. Macam-macam pengabdian :
a).
Pengabdian kepada keluarga
Pada
hakikatnya manusia hidup berkeluarga. Hidup berkeluarga ini didasarkan cinta
dan kasih sayang. Kasih sayang ini mengandung pengertian pengabdian dan
pengorbanan. Tidak ada kasih sayang tanpa pengabdian. Bila ada kasih sayang
tidak disertai pengabdian. Berarti kasih sayang itu palsu atau semu. Pengabdian
kepada keluarga ini dapat berupa pengabdian kepada istri dan anak-anak, istri
kepada suami dan anak-anaknya, anak-anak kepada orang tuanya.
b).
Pengabdian kepada masyarakat
Manusia
dalah anggota masyarakat, ia tidak dapat hidup tanpa orang lain, karena
tiap-tiap orang lain saling membutuhkan. Bila seseorang yang hidup di
masyarakat tidak mau memesyarakatkan diri dan selalu mengasingkan diri, maka
apabila mempunyai kesulitan yang luar biasa, ia akan ditertawakan oleh
masyarakat, cepat atau lambat ia akan menyadai dan menyerah kepada masyarakat
lingkungannya.
Oleh
karena itu, demi masyarakat, anggota mayarakat harus mau mengabdikan diri
kepada masyarakat. Ia harus mempunyai rasa tanggung jawab kepada masyarakat.
Oleh karena nama baik tempat ia tinggal, membawa nama baiknya pula. Bila remaja
masyarakat kampungnya terkenal dengan “remaja berandal” suka berkelahi,
mengganggu orang, atau merampas hak orang lain, maka bagaimanapun juga ia akan
merasa malu.
c).
Pengabdian kepada Negara
Manusia
pada hakikatnya adalah bagian dari suatu bangsa atau warga negara suatu negara.
Karena itu seseorang wajib mencintai bangsa dan negaranya. Mencintai ini
biasanya diwujudkan dalam bentuk pengabdian. Tidak ada arti cinta tanpa
pengabdian.
d).
Pengabdian kepada Tuhan
Manusia
tidak ada sendirinya, tetapi merupakan makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan
Tuhan manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Pengabdian berarti penyerahan diri
sepenuhnya kepada Tuhan, dan itu merupakan perwujudan tanggung jawabnya kapada
Tuhan Yanag Maha Esa. Selain itu juga manusia harus menjalankan segala
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
b.
Pengorbanan
Pengorbanan
berasal dari kata korban atau kurban yang berarti persembahan, sehingga
pengorbanan berarti pemberian untuk menyatakan kebaktian. Dengan demikian
pengorbanan yang bersifat kebaktian itu mengandung unsur keikhlasan yang tidak
mengandung pamrih.
Pengorbanan dalam
arti pemberian sebagai tanda kebaktian tanpa pamrih dapat dirasakan bila kita
membaca tau mendengarkan ceramah di masjid. Dari kisah para tokoh atau nabi,
manusia memperoleh tauladan yang baik, sebagaimana mestinya wajib berkorban
bagi orang yang mampu atau orang memiliki harta yang lebih.
Wajib korban ini
telah dikisah pada jaman Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah SWT untuk
mengorbankan putra tunggalnya yang bernama Ismail. Walaupun Nabi Ibrahim sangat
sayang pada putranya tersebut, akan tetapi perintah Allah SWT untuk
mengorbankan putranya tetap dipatuhi dan dilaksanakan. Allah SWT menguji
kesetiaan dan besarnya pengorbanan Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim sampai hati
melihat pisaunya menancap dan dipotongkan keleher putranya yaitu Ismail, tetapi
ia sudah bertekad setia menjalankan perintah Allah SWT. Kemudian terbukti, bahwa
putranya yang mau dikorbankan kepada Allah SWT sudah berganti biri-biri.
Pengorbanan
yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim kepada Allah SWT lebih tinggi kadarnya
daripada pengorbanan Nabi Ibrahim sekarang yang ditiru oleh umat islam yang
menjalankan ibadah haji di Tanah Suci maupun umat islam di wilayah lain dengan
mengorbankan ternak seperti kambing dan sapi untuk keperluan fakir miskin pada
hari raya Idul Qurban atau pada hari raya Idul Adha.
Perbedaan
antara pengabdian dan pengorbanan tidak begitu jelas. Karena adanya pengabdian
tentu ada pengorbanan. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian.
Pengorbanan dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga
berupa jiwanya. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada
perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan dan dilakukan.
Pengabdian
lebih banyak menunjuk kepada perbuatan, sedangkan pengorbanan lebih banyak
menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga,
biaya, dan waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan, akan tetapi
pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.
DAFTAR PUSTAKA
https://herujulianto89.wordpress.com/2013/12/12/pengertian-dari-tanggung-jawab-yang-baik-antara-manusia/?_e_pi_7%2CPAGE_ID10%2C9366580090
Tidak ada komentar:
Posting Komentar