MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
Disusun oleh :
Nama
: FITRIANA INDRIASTUTI
Kelas : 1PA13
NPM :
12515753
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : JHON HENDRI
FAKULTAS
/JURUSAN PSIKOLOGI
2015
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB I
Ilmu Budaya Dasar Sebagai Salah Satu
MKDU
A.
Pengertian Ilmu Budaya Dasar (IBD)
Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar adalah salah satu mata
kuliah yang membicarakan tentang nilai-nilai, tentang kebudayaan, tentang
berbagai macam masalah yang dihadapi manusia dalam hidupnya
sehari-sehari. Hal ini perlu, karena dirasakan kekurangan pada sistem
Pendidikan kita, baik pada tingkat menengah, maupun pada tingkat
perguruan tinggi. Diharapkan kegunaan mata kuliah ini, agar lulusan perguruan
tinggi kita dari semua jurusan dapat mempunyai suatu kesamaan bahan
pembicaraan. Adanya kesamaan ini diharapkan agar interalisi antara
intelektuil kita lebih sering dengan akibat positif bagi pembangunan
negara kita pada umumnya dan perbaikan pendidikan pada khususnya. Diharapkan
mata kuliah ini dapat menjadi semacam “Lingua franca” bagi para akademisi dari
berbagai lapangan ilmiah, dengan memiliki suatu bekal yang sama ini
diharapkan agar para akademisi dapat lebih lancar komunikasi ini
selanjutnya kan memperlancar pula pelaksanaan pembangunan dalam berbagai
bidang yang ditangani selanjutnya akan ditangani oleh para cendekiawan
dari berbagai lapangan keahlian itu.
B.
Tujuan IBD
Penyajian mata kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak lain
merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan demikian jelaslah bahwa mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam satu
bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (the humanities). Akan
tetapi Ilmu Budaya Dasar semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan
kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan
kritikannya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang menyangkut orang lain dan
alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya sendiri.
Untuk bisa menjangkau tujuan tersebut Ilmu Budaya
Dasar diharapkan dapat :
v Mengusahakan penajaman kepekaan
mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka lebih mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk kepentingan profesi mereka.
v Memberi kesempatan pada mahasiswa
untuk memperluas pandangan mereka tentang masalah kemanusiaan dan budaya serta
mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan-persoalan yang menyangkut
kedua hal tersebut.
v Mengusahakan agar mahasiswa, sebagai
calon pemimpin bangsa dan negara serta ahli dalam bidang disiplin
masing-masing, tidak jatuh kedalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan
disiplin yang ketat. Usaha ini terjadi karena ruang lingkup pendidikan kita
amat sempit dan condong membuat manusia spesialis yang berpandangan kurang
luas, kedaerahan dan pengkotan disiplin yang kuat.
v
Mengusahakan
wahana komunikasi para akademis agar mereka lebih mampu berdialog satu sama
lain. Dengan memiliki satu bekal yang sama, para akademis diharapkan akan lebih
lancar dalam berkomunikasi.
C. Ruang
Lingkup IBD
Ruang Lingkup Ilmu Budaya Dasar Bertitik tolak dari
kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dua masalah pokok bisa dipakai sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian mata kuliah IBD. Kedua
masalah pokok itu adalah :
v Berbagai aspek kehidupan yang
seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya yang dapat
didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (the humanities), baik dari segi
masing-masing keahlian (disiplin) didalam pengetahuan budaya, maupun secara
gabungan (antar bidang) berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya.
v Hakekat manusia yang satu atau
universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya dalam kebudayaan
masing-masing jaman dan tempat.
Memilik kedua pokok masalah yang bisa dikaji dalam
mata kuliah IBD, nampak dengan jelas bahwa manusia menempati posisi sentral
dalam pengkajian. Manusia tidak hanya sebagai obyek pengkajian. Bagaimana
hubungan manusia dengan alam, dengan sesama, dirinya sendiri, nilai-nilai
manusia dan bagaimana pula hubungan dengan sang pencipta menjadi tema sentral
dalam IBD.
Pokok-pokok bahasan yang dikembangkan adalah:
Ø Manusia dan cinta kasih
Ø Manusia dan Keindahan
Ø Manusia dan Penderitaan
Ø Manusia dan Keadilan
Ø Manusia dan Pandangan hidup
Ø Manusia dan tanggungjawab serta
pengabdian
Ø Manusia dan kegelisahan
Ø Manusia dan harapan
Materi ilmu sosial dasar terdiri atas masalah-masalah
sosial untuk dapat menelaah masalah-masalah, sosial hendaknya terlebih dahulu
kita dapat mengidentifikasi kenyataan-kenyataan sosial dan memahami sejumlah
konsep sosial tertentu. Sehingga dengan demikian bahan pelajaran ilmu sosial
dasar dapat dibedakan atas 3 golongan yaitu :
1.
Kenyataan-kenyataan
sosial yang ada dalam masyarakat, yang secara bersama-sama merupakan masalah
sosial tertentu.
2.
Konsep-konsep
sosial atau pengertian-pengertian tentang kenyataan -kenyataan sosial dibatasi
pada konsep dasar atau elementer saja yang sangat diperlukan untuk
mempelajari masalah-masalah sosial yang dibahas dalam ilmu pengetahuan social.
3.
Masalah-masalah
sosial yang timbul dalam masyarakat, biasanya terlibat dalam berbagai
kenyataan-kenyataan sosial antara yang satu dengan yang lainnya saling
berkaitan.
BAB
II
Manusia dan Budaya
A.
Manusia
Manusia
dan kebudayaan merupakan salah satu ikatan yang tidak bisa dipisahkan
dalam kehidupan ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang paling sempurna
menciptakan kebudayaan mereka sendiri dan melestarikannya secara turun menurun.
Budaya tercipta dari kegiatan sehari hari dan juga dari kejadian – kejadian
yang sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Namun
siapakah manusia itu sebenarnya? Manusia di dunia ini memegang peranan yang
unik dan dapat di pandang dalam beberapa segi. Misalnya, manusia di pandang
sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan
system (ilmu kimia). Manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam
golongan mamalia (ilmu biologi). Manusia sebagai makhluk social yang tidak
dapat berdiri sendiri (ilmu sosiologi) dan lain sebagainya.
Dari
beberapa definisi di atas, tentu membuat kita sulit untuk menjawab pertanyaan
tentang manusia, oleh karena itu kita akan menerangkan siapa itu manusia
berdasarkan unsur-unsur yang membangunnya. Ada dua macam pandangan yang akan
menjadi acuan untuk menjelaskan unsur-unsur yang membangun manusia.
·
Manusia terdiri dari empat unsur
yang saling terkait, yaitu:
- Jasad : badan kasar manusia yang dapat kita lihat, raba bahkan di foto dan menempati ruang dan waktu.
- Hayat : mengandung unsur hidup, yang di tandai dengan gerak.
- Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
- Nafs : dalam pengertian diri atau keakuan, yaitu kesadaran akan diri sendiri.( Asy’arie, 1992 hal: 62-84).
·
Manusia sebagai satu kepribadian
yang mengandung tiga unsur, yaitu:
- Id, merupakan struktur kepribadian yang paling primitive dan paling tidak tampak. Id merupakan energi psikis yang irrasional dan terkait dengan sex yang secara instingtual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconcius). Id diatur oleh kesenangan yang harus di penuhi,baik secara langsung melalui pengalaman seksual atau tidak langsung melalui mimpi atau khayalan.
- Ego, sering disebut “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan kepuasan Id dengan saluran sosial agar dapat di terima oleh masyarakat. Ego diatur oleh prinsip realitas dan mulai berkembang pada anak antara usia satu dan dua tahun.
- Super ego, merupakan struktur kepribadian terakhir yang muncul kira-kira pada usia lima tahun. Super ego menunjukan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan kontrol diri melalui sistem imbalan dan hukuman terinternalisasi. (freud, dalam Brennan, 1991; hal 205-206).
B.
Hakekat
Manusia
Hakekat Manusia adalah makhluk yang kuat, ada juga yang menyebut
hakikat manusia adalah makhluk yang sempurna , ada juga yang menyebutnya
makhluk paling cerdas dari semua itu menunjukan bahwa hakikat manusia adalah
mahkluk yang positif. Manusia dengan segala sifat dan karakternya, diciptakan
dengan sebegitu sempurnanya.
Hakekat manusia adalah sebagai berikut
:
- Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
- Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
- Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
- Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
- Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
- Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
- Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
- Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Hakekat manusia sebagai mahluk yang kuat tentu karena manusia dicipta
dengan diberikan akal. Dengan akalnya manusia bisa mengalahkan terbangnya
burung yang terbang ke angkasa, dengan akalnya manusia bisa berenang di dasar
laut seperti ikan. Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai
kelebihan-kelebihan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan
manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik
didarat, dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang
terbatas.
C.
Kepribadian
Bangsa Timur
Kepribadian
Bangsa Timur merupakan suatu karakter yang mencerminkan masyarakat yang
menganut budaya dari Timur (Asia & Timur-Tengah), yang menunjukkan
ke-khasan dan pola pikir dan kebiasaan yang terdapat di daerah
Timur. Kepribadian bangsa timur pada umumnya merupakan kepribadian yang
mempunyai sifat teposeliro atau memiliki sifat toleransi yang
tinggi. Dalam berdemokrasi bangsa timur umumnya aktif dalam mengutarakan
aspirasi rakyat. Seperti di negara Korea, dalam berdemokrasi mereka duduk sambil
memegang poster protes dan di negara Thailand, mereka berdemokrasi dengan
tertib dan damai.
Kepribadian
bangsa timur juga identik dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan dalam
bergaul maupun dalam berpakaian. Terdapat ciri khas dalam berbagai negara yang
mencerminkan negara tersebut memiliki suatu kepribadian yang unik. Misalnya
masyarakat Indonesia khususnya daerah Jawa. Sebagian besar mereka bertutur kata
dengan lembut dan sopan. Dan terdapat beberapa aturan atau larangan yang tidak
boleh dilakukan menurut versi orang dulu yang sebenarnya menurut orang Jawa itu
suatu nasihat yang membangun. Misalnya tidak boleh duduk di depan pintu. Hal
tersebut merupakan ciri khas kepribadian yang unik.
Bangsa
timur juga memiliki kebudayaan yang masih kental dari negara atau daerah
masing-masing. Masih ada adat-adat atau upacara tertentu yang masih
dilaksanakan oleh bangsa timur. Misalnya bangsa Indonesia masih banyak yang
melaksanakan upacara-upacara adat dan tarian khas dari masing-masing daerah.
Contohnya daerah Bali yang masih melaksanakan tarian khas daerahnya yaitu
tarian pendet, kecak, tarian barong.
D.
Pengertian
Kebudayaan
Kata
kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahasa Sansekerta yang berarti
akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk),
sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada
pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi
adalah akal yang merupakan unsure rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya
berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsure jasmani sehingga kebudayaan
diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia.
Kebudayaan,
cultuur (bahasa belanda), culture (bahasa inggris), tsaqafah (bahasa arab),
berasal dari perkataan latin “colere” yang artinya mengolah,
mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau
bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture sebagai “segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.
Dalam
disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu diartikan sama
(Koentjaraningrat, 1980:195). Namun dalam IBD dibedakan antara budaya dan
kebudayaan, karena IBD berbicara tentang dunia idea tau nilai, bukan hasil
fisiknya. Secara sederhana pengertian kebudayaan dan budaya dalam IBD mengacu
pada pengertian sebagai berikut :
- Kebudayaan dalam arti luas, adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
- Kebudayaan dalam arti sempit dapat disebut dengan istilah budaya atau sering disebut kultur yang mengandung pengertian keseluruhan sistem gagasan dan tindakan.
Kebudayaan
menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan
manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan
masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi
berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan
damai. Sedangkan Koentjaraningrat. Mengatakan bahwa kebudayaan
berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan
belajar serta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
E.
Unsur-unsur
Kebudayaan
Menurut
Kluckhohn ada tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu system religi dan
upacara keagamaan, system organisasi kemasyarakatan, system pengetahuan, system
mata pencaharian hidup, system tekhnologi dan peralatan, bahasa, serta
kesenian. Untuk lebih jelas, masing-masing diberi uraian sebagai berikut.
- Sistem religi dan upacara keagamaan, merupakan produk manusia sebagai homo religious. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Mahabesar yang dapat “menghitam-putihkan” kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kamauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan dalam system religi dan upacara keagamaan.
- Sistem organisasi kemasyarakatan, merupakan produk dari manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
- Sistem pengetahuan, merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, disamping itu dapat juga dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabkan pengetahuan ini menyebar luas.
- Sistem mata pencaharian hidup, yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
- Sistem teknologi dan peralatan, merupakan produksi dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan alat-alat ciptaannya itu, manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang.
- Bahasa, merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akhirnya menjadi bahasa tulisan.
- Kesenian, merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat mencukupi kebutuhan fisiknya maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya.
F.
Wujud
Kebudayaan
Selain
unsur kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam kebudayaan adalah
wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama,
kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki cirri dapat dilihat, diraba, dan
dirasa. Sehingga lebih konkret atau mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah
(spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja. Oleh karena itu, kebudayaan
rohaniah bersifat lebih abstrak dan lebih sulit dipahami.
- Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tak dapat diraba dan difoto. Letaknya dalam alam pikiran manusia. Ide-ide dan gagasan manusia ini banyak yang hidup dalam masyarakat dan member jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu system, disebut system budaya atau culture system, yang dalam bahasa Indonesia disebut adat istiadat.
- Wujud kedua adalah yang disebut system social, yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu sendiri. Sistem social ini bersifat konkrit sehingga bias diobservasi, difoto dan didokumentir.
- Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik, yaitu seluruh hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkrit berupa benda-benda yang bias diraba, difoto dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas dalam kehidupan masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lainnya.
G.
Orientasi
Nilai Budaya
Kluckhohn
dalam Pelly (1994) mengemukakan
bahwa nilai budaya merupakan sebuah
konsep beruanglingkup luas yang hidup dalam
alam fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang
paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling
berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara
fungsional sistem nilai ini mendorong
individu untuk berperilaku seperti apa yang
ditentukan. Mereka percaya, bahwa hanya
dengan berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam
Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara
emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang,
Ada lima
masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan
secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok
tersebut adalah:
a. masalah hakekat hidup,
b. hakekat kerja atau karya manusia,
c. hakekat kedudukan manusia dalam
ruang dan waktu,
d.
hakekat hubungan manusia dengan alam
sekitar, dan
e.
hakekat dari hubungan manusia dengan
manusia sesamanya.
·
Masalah
pertama, yaitu mengenai hakekat hidup manusia. Dalam banyak kebudayaan yang dipengaruhi oleh agama Budha
misalnya, menganggap hidup itu buruk dan menyedihkan. Oleh karena itu pola
kehidupan masyarakatnya berusaha untuk memadamkan hidup itu guna mendapatkan
nirwana, dan mengenyampingkan
segala tindakan yang dapat menambah
rangkaian hidup kembali (samsara) (Koentjaraningrat, 1986:10). Pandangan
seperti ini sangat mempengaruhi wawasan dan
makna kehidupan itu secara keseluruhan. Sebaliknya banyak
kebudayaan yang berpendapat bahwa hidup itu baik. Tentu konsep – konsep
kebudayaan yang berbeda ini berpengaruh pula pada sikap dan wawasan mereka.
·
Masalah
kedua mengenai hakekat kerja atau karya dalam kehidupan. Ada kebudayaan yang memandang bahwa kerja itu sebagai usaha
untuk kelangsungan hidup (survive) semata. Kelompok ini kurang tertarik kepada
kerja keras. Akan tetapi ada juga yang menganggap kerja untuk mendapatkan
status, jabatan dan kehormatan. Namun, ada yang berpendapat bahwa kerja untuk
mempertinggi prestasi. Mereka ini berorientasi kepada prestasi bukan kepada
status.
·
Masalah
ketiga mengenai orientasi manusia terhadap waktu. Ada budaya yang memandang penting masa lampau, tetapi ada
yang melihat masa kini sebagai focus usaha dalam perjuangannya. Sebaliknya ada
yang jauh melihat kedepan. Pandangan yang berbeda dalam dimensi waktu ini
sangat mempengaruhi perencanaan hidup masyarakatnya.
·
Masalah keempat berkaitan dengan kedudukan fungsional
manusia terhadap alam. Ada yang percaya bahwa alam itu
dahsyat dan mengenai kehidupan manusia. Sebaliknya ada yang menganggap alam
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa untuk dikuasai manusia. Akan tetapi, ada
juga kebudayaan ingin mencari harmoni dan keselarasan dengan alam. Cara pandang
ini akan berpengaruh terhadap pola aktivitas masyarakatnya.
·
Masalah kelima menyangkut hubungan antar manusia. Dalam banyak kebudayaan hubungan ini tampak dalam bentuk
orientasi berfikir, cara bermusyawarah, mengambil keputusan dan bertindak.
Kebudayaan yang menekankan hubungan horizontal (koleteral) antar individu,
cenderung untuk mementingkan hak azasi, kemerdekaan dan kemandirian seperti
terlihat dalam masyarakat – masyarakat eligaterian.
H.
Perubahan
Kebudayaan
Pengertian
perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena
ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga
tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan. Masyarakat dan
kebudayaan dimanapun selalu dalam keadaan berubah, sekalipun masyarakat dan
kebudayaan primitif yang terisolasi dari berbagai hubungan dengan masyarakat
lainnya. Gerak kebudayaan adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang
menjadi wadah kebudayaan tadi. Gerak manusia terjadi oleh karena ia mengadakan
hubungan-hubungan dengan manusia lainnya. Artinya karena terjadi hubungan antar
kelompok manusia di dalam masyarakat.
Terjadinya gerak/perubahan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
- Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaan sendiri
- Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan kebudayaan lain cenderung untuk berubah lebih cepat.
Pada
umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur
kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Suatu masyarakat yang
terkena proses akulturasi selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar
sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang
terjadi. Beberapa faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya
suatu unsur kebudayaan baru diantaranya
a)
Terbatasnya masyarakat memiliki
hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari
luar masyarakat tersebut.
b)
Jika pandangan hidup dan nilai-nilai
yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama dan
ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan pranata yang ada, maka penerimaan
unsur baru itu mengalami hambatan dan harus disensor dulu oleh berbagai ukuran
yang berlandaskan ajaran agama yang berlaku.
c)
Corak struktur sosial suatu
masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
d)
Suatu unsur kebudayaan diterima jika
sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi
diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
e)
Apabila unsur yang baru itu memiliki
skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya oleh
warga masyarakat yang bersangkutan.
I.
Kaitan
Manusia dan Kebudayaan
Manusia
dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain.
Manusia di alam dunia inimemegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari
berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin
memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering disebut
homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai
kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya.
Dalam
sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa
walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia
menciptakan kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan
mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak bahwa keduanya akhimya
merupakan satu kesatuan. Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah
hubungan antara manusia dengan peraturan – peraturan kemasyarakatan. Pada saat
awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka
manusia yang membuatnya harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri
itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan
dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu
sendiri.
BAB III
KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM
KESUSASTRAAN
A.
PENDEKATAN KESUSASTRAAN
Hampir
disetiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama,
karena sastra mempergunakan bahasa. Sementara itu, bahasa mempunyai kemampuan
untuk menampung hamper semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk
memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia
mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian
melahirkan ilmu pengetahuan,manusia mempergunakan bahasa.
B.
ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA
Istilah
prosa banyak pandangannya. Kadang-kadang di sebut narrative fiction, prose
fiction atu hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering di
terjemahkan menjadi cerita rekaan dan di definisikan sebagai bentuk cerita tau
prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang si
hasilkan oleh daya khayal atau imajinasi.
Dalam
kesusastraan indosesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
1)
Prosa lama meliputi
a)
Dongeng
b)
Hikayat
c)
Sejarah
d)
Epos
e)
Cerita pelipur lara
2)
Prosa baru meliputi
a)
Cerita pendek
b)
Roman/novel
c)
Biografi
d)
Kisah
e)
Otobiografi
C. NILAI-NILAI
DALAM PROSA FIKSI
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau
karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan
atau cerita Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh
pembawa lewat sastra. Adapun nilai-nilai yang di peroleh pembawa lewat sastra
antara lain :
a.
Prosa fiksi memberikan kesenangan
b.
Prosa fiksi memberikan informasi
c.
Prosa fiksi memberikan warisan
kultural
d.
Prosa fiksi memberikan keseimbangan
wawasan
D. ILMU
BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI
Pembahasan
puisi dalam rangka pengjaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan di arahkan pada
tradisi pendidikan dan pengajaran sastra dan apresiasinya yang murni. Puisi
dapat di pakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan
tema-tema atau pokok bahasan yang terdapat di dalam Ilmu Budaya Dasar.
Kepuitisan, keartistikan atau
keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun
puisinya dengan menggunakan :
1.
Figura bahasa (figurative language)
seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi
menjadi segar,hidup,menarik dan memberikan kejelasan gambaran angan.
2.
Kata-kata yang ambiquitas yaitu
kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3.
Kata-kata berjiwa yaitu kata-kata
yang sudah diberi suasana tertentu, berisi prasaan dan pengalaman jiwa penyair
sehingga terasa hidup dan memukau.
4.
Kata-kata konotatif yaitu kata-kata
yang sudah diberi tambahan nila-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.
5.
Pengulangan, yang berfungsi untuk
mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Adapun
alasan-alasan yang melandasi penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar
adalah sebagi berikut :
1.
Hubungan puisi dengan pengalaman
hidup manusia
Perekaman
dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan”.
Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat di lakukan dengan suatu
kemampuan yang di sebut “imaginative entry” yaitu kemampuan menghubungkan
pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang di tuangkan penyair dalam
puisinya.
2.
Puisi dan keinsyafan/kesadaran
individual.
Dengan
membaca puisi mahasiswa dapat di ajak untuk dapat menjenguk hati/penyair
manusia, baik orang lain maupun diri sendiri.
3.
Puisi dan keinsyafan social
Puisi juga
memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai mahluk social,
yang terlibat dalam issue dan problem social. Secara imaginative puisi dapat
menafsirkan situasi dasar manusia sosial yang bisa berupa :
Penderitaan atas ketidakadilan
Perjuangan untuk kekuasaan
Konflik dengan sesama
Pemberontakan terhadap hukum Tuhan
Puisi
merupakan sesuatu yang hidup dalam metafisis, suatu impian yang berkribadian
sehingga sukar dihayati isinya, Walaupun demikian bila puisi dibaca dengan baik
setidaknya akan membantu pembaca dalam menafsirkannya.
Bab IV
Manusia dan cinta kasih
A.
Pengertian
Cinta
Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh Tuhan pada
sepasang manusia untuk saling mencintai, saling memiliki, saling memenuhi,
saling pengertian. Cinta tidak dapat dipaksakan, cinta juga datang secara
tiba-tiba. Cinta memang sangat menyenangkan, tapi kepedihan yang
ditinggalkannya kadang berlangsung lebih lama dari cinta itu sendiri. Antara
cinta dan benci batasnya amat sangat tipis, tapi dengan cinta dunia yang kita
jalani serasa lebih indah, harum dan bermakna.
Cinta
pun merupakan perasaan seseorang kepada lawan jenisnya, karena ketertarikan
terhadap sesuatu yang dimiliki oleh lawan jenisnya (misalnya sifat, wajah dan
lain-lain. Dengan cinta kita bias berbagi suka maupun duka dengan pasangan
kita. Namun dalam menjalin hubungan kita harus saling melengkapi satu sama lain
dan menerima pasangan kita apa adanya.
B.
Pengertian
Kasih Sayang
Kasih sayang
adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.
Apabila suatu hubungan cinta diakhiri dengan sebuah pernikahan maka hal ini
akan menimbulkan perasaan yang lebih dewasa lagi dan juga menuntut agar suatu
hubungan tersebut lebih bertanggung jawab, perasaan inilah yang disebut dengan kasih
sayang, mengasihi, atau saling menumpahkan kasih sayang.
C. Pengertian Kemesraan
Kemesraan berasal dari kata dasar 'mesra', yang artinya perasaan
simpati yang akrab. Kemesraan adalah hubungan akrab baik antara pria dan wanita
yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga. Kemesraan
merupakan perwujudan kasih sayang yang telah mendalam. Cinta yang berlanjut
menimbulkan pengertian mesra atau kemesraan. Kemesraan adalah perwujudan dari
cinta. Kemesraan dapat menimbulkan daya kreativitas manusia. Kemesraan dapat
menciptakan berbagai bentuk seni sesuai dengan kemampuan bakatnya.
D. Pengertian Belas
Kasihan
Belas kasih
adalah kebajikan di mana kapasitas emosional empati dan simpati untuk
penderitaan orang lain dianggap sebagai bagian dari cinta itu sendiri, dan
landasan keterkaitan sosial yang lebih besar dan humanisme-dasar ke tertinggi
prinsi-prinsip dalam filsafat, masyarakat, dan kepribadian .
Dalam surat Al –Qolam ayat 4,” maka
manusia menaruh belas kasihan kepada orang lain, karena belas kasihan adalah
perbuatan orang yang berbudi. Sedangkan orang yang berbudi sangat dipujikan
oleh Allah SWT.”
Perbuatan atau sifat menaruh belas
kasihan adalah orang yang berahlak. Manusia mempunyai potensi untuk berbelas
kasihan. Masalahnya sanggupkah ia mengggugah potensi belas kasihannya itu. Bila
orang itu tergugah hatinya maka berarti orang berbudi dan terpujilah oleh Allah
SWT.
E. Macam-macam Cinta Menurut Agama
1.
Cinta Menurut Agama Islam
Menurut Al-Qur'an cinta terbagi
menjadi 8 jenis, yaitu:
A.
Cinta
Mawaddah: yaitu cinta yang menggebu-gebu
dan membara. Orang yang memiliki cinta jenis ini inginnya selalu berdua
dan tak ingin berpisah. Selalu ingin memuaskan dahaga cintanya bahkan hampir
tidak bisa berfikir yang lain.
B.
Cinta
Rahmah: yaitu cinta yang penuh akan kasih
sayang, pengorbanan dan perlindungan. Orang yang memiliki cinta ini akan lebih
memikirkan orang yang dicintainya daripada dirinya sendiri. Dipikirannya yang
penting adalah kebahagiaan sang kekasih meskipun ia harus menderita.
C.
Cinta Mail: yaitu cinta yang sementara sangat membara. Dan sangat
menyedot perhatian tanpa memperhatikan hal-hal penting lainnya. Menurut
Al-Qur'an disebut juga dalam konteks poligami. Karna ketika sedang jatuh cinta
kepada yang muda akan cenderung mengabaikan yang lama.
D.
Cinta Syaghaf: yaitu cinta alami yang sangat mendalam dan sangat
memabukkan. Orang yang terkena cinta ini akan seperti orang gila, lupa diri
bahkan tidak menyadari apa yang dilakukannya.
E.
Cinta
Ra'fah: yaitu rasa kasih sayang yang
melebihi norma kebenaran. Misalnya: karna rasa kasih sayang dan kasihan yang
berlebihan melihat anaknya tidur terlelap seorang bapak tidak tega dan tidak
jadi membangunkan anaknya untuk Sholat.
F.
Cinta
Shobwah: yaitu cinta buta, cinta ini akan
mendorong perilaku menyimpang dan tidak akan bisa mengelak.
G.
Cinta
Syauq (Rindu): yaitu pengembaraan hati kepada
kekasih dan kobaran cinta didalam hati sang pecinta.
H.
Cinta
Kulfah: yaitu perasaan cinta yang disertai
kesadaran akan hal-hal positif meski itu sulit.
2. Cinta
Menurut Agama Kristen
Cinta adalah cinta kasih antara sesama dimana kita diajarkan
untuk mencintai sesama tanpa membedakan agama, ras, latar belakang. Dan saling
menghargai satu sama lain. Perintah. Allah yang terutama ialah:
·
(Matius
12:29-31), "Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu."
"Cintailah sesama manusia seperti dirimu sendiri." Korintus 13:4.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan
diri dan tidak sombong. 13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak
mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan
orang lain.
13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.
·
Matius 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu:
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
3.
Cinta Menurut Agama Hindu
Agama Hindu adalah agama Wahyu dan agama alami. Oleh karena
itu, ia adalah agama Cinta Kasih. Agama yang amat luwes, agama yang berdasarkan
pada Cinta Kasih, agama yang memiliki tujuan Cinta Kasih, dan juga agama yang
dijalankan di dalam Cinta Kasih. Agama Hindu amat mementingkan
pengembangan cinta kasih bukan hanya kepada sesama umat manusia tetapi kepada
sesama makhluk hidup. Cinta kasih kepada sesama anggota keluarga, kepada sesama
umat manusia tidak dipandang sebaga cinta kasih yang istimewa. Kesadaran bahwa
seluruh dunia adalah sebuah keluarga besar sangat membantu orang untuk
mengembangkan cinta kasih universal ini.
Dia adalah puncak cinta kasih di dunia ini, merupakan
landasan penting untuk mengembangkan Prema Bhakti atau cinta kasih rohani
kepada Tuhan yang Maha Esa. Cinta kasih universal dalam beberapa kitab
suci disebutkan sebagai ciri, hiasan dan sifat-sifat agung orang-orang suci
atau para Sadhu. Titiksavah karunikahsuhrdah sarva-dehinamajata-satravah
santahsadhavah sadhu-bhusanah
Ciri-ciri atau hiasan dari seorang Sadhu atau orang suci
adalah ia harus memiliki sifat-sifat senantiasa damai, memiliki toleransi
besar, penuh karunia, bersifat berteman dengan seluruh makhluk hidup, tidak
mempunyai musuh, hidupnya selalu didasarkan pada kitab suci dan segala
kepribadiannya terpuji. Yajur Veda juga menegaskan hal yang sama:mitrasya
ma caksusa sarvani bhutani samiksantamamitrasyaham caksusa sarvani bhutani
samiksemitrasya caksusa samiksyamahe "Semoga semua makhluk hidup
melihatku dengan pandangan sebagai teman, semoga aku melihat semua makhluk
hidup dengan pandangan sebagai seorang teman, semoga kami melihat satu sama
lainnya dengan pandangan sebagai seorang teman."
4.
Cinta Menurut Agama Buddha
Nikaya Pali juga memuat satu kata cinta yang berbeda dengan
cinta yang telah disebutkan di atas, cinta kasih yang dipancarkan secara
universal (tak terbatas) kepada semua makhluk dan cinta kasih yang tanpa
pamrih, yaitu: Metta.
Metta adalah bagian pertama dari empat kediaman luhur
(Brahma Vihara) atau empat keadaan yang tidak terbatas (Apamanna). Bagian
lainnya, yaitu Karuna (kasih sayang), Mudita (simpatik), dan Upekkha
(keseimbangan batin).
Metta adalah rasa persaudaraan, persahabatan, pengorbanan,
yang mendorong kemauan baik, memandang makhluk lain sama dengan dirinya
sendiri. Metta juga suatu keinginan untuk membahagiakan makhluk lain dan
menyingkirkan kebencian (dosa) serta keinginan jahat (byapada).
Metta berbeda dengan piya, pema, rati, kama, tanha, ruci dan
sneha yang hanya menimbulkan nafsu dan kemelekatan. Pengembangan Metta dapat
mengantarkan kita pada pencapaian kedamaian Nibbana (Mettacetto vimutti),
seperti yang dinyatakan Sang Buddha dalam Dhammapada 368: "Apabila
seorang bhikkhu hidup dalam cinta kasih dan memiliki keyakinan terhadap Ajaran
Sang Buddha, maka ia akan sampai pada Keadaan Damai (Nibbana), berhentinya
hal-hal yang berkondisi (sankhara)"
F.
Pemujaan
Pada
garis besarnya pengertian pemujaan mencakup dua aspek, yaitu antara yang memuja
dan yang dipuja. Dalam hal puja memuja,
dapat digolongkan menjadi beberapa bagian yakni:
1.
Puja memuja antar sesama manusia
Pada hematnya manusia memuja manusia
lainnya disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain pemujaan yang berkaitan
dengan perasaan jatuh cinta hingga menyebabkan terjadi perubahan sikap, perilaku, tutur
kata, dan hal-hal yang menimbulkan perubahan itu sebagaimana layaknya jatuh cinta.
Di sisi lain, ungkapan perasaan
jatuh cinta biasanya terlontar melalui pengabdian pada pahatan, patung, ukiran
puisi, lagu-lagu, salam sayang via radam dan berbagai bentuk pernyataan tentang
jatuh cinta yang semuanya terhimpun di dalam lingkup pemujaan. Bahkan dengan
kata pemujaan, Adolf Hitler harus bersedia meneguk racun bersama sang pujaan
Eva Braun menjelang akhir pernag dunia II.
Sebagai pernyataan cinta yang sangat
mendalam kepada sang pujaan yang telah meninggal, maka diabadikan rasa
kecintaan kepada istrinya dengan mendirikan Taj Mahal di India termasuk salah
satu dari tujuh keabadian dunia. Konon kabarnya bangunan Taj Mahal dihiasi
dengan ± 100.000 butir berlian.
Kisah romeo dan juliet juga
merupakan bagian dari refleksi cinta yang berjuang pada pemujaan. Pemujaan yang
berkaitan dengan idola, dikagumi, dipuja-puja, diagung-agungkan, menjadikan
seseorang harus mempertaruhkan segala sesuatu demi yang dipuja.
Hal demikian nampak pada bidang
ideologi dan politik misalnya; antara lain fanatisme rakyat Jepang terhadap
Teno Haika (pasca perang dunia II).
Musollini dengan fasisme yang sangat dipuja oleh sebagian rakyat italia,
Nazizme dengan Adolf Hitler sebagai gembongnya sangat dipuja oleh para
pengikutnya.
Di bidang seni, pemujaan terhadap
seorang seniman pun tak kalah pentingnya. Karena fanatisnya pengagum John Lenon
(lagunya Imagine of the people’s), maka tak segan-segan sipemuja harus menembak
mati penyanyi tersebut. Elvis Preisley sangat di kagumi dan di puja-puja oleh
para pengikutnya. Walaupun telah lama meninggal, namun rasa pemujaan terhadap
dirinya tetap hidup melalui lagu-lagunya yang pernah populer.
Di bidang kepemimpinan dan
pemerintahan, tengoklah negara Libya dengan Muammar (revolusi Iran) menjatuhkan
kepemimpinan Reza Pahlevi, Mao Tse Tung di RRC (berbaur dengan faham komunis),
Ho Chin Min di Vietnam, Fideal Castro di Cuba. Kesemuanya inilah
keunggulan-keunggulan tipe kharismatik dalam kepemimpinan dan pemerintahan,
baik yang lebih di dominasi oleh faham, ideologi, serta aliran juga yang
dilandasi oleh keyakinan dalam kefanitikan yang dogmatis. Kesemuanya menyatu dalam suatu
kerangka pengangguran yang bernuansa pada pemujaan tanpa memperhitungkan batas
waktu berakhirnya kejayaan yang dipuja.
2.
Manusia
memuja alam
Manusia memuja alam mengandung dua
hal di dalamnya: pertama alam dipuja oleh manusia dengan maksud agar alam
bersikap ramah dan bersahabat. Alam ditempatkan sebagai suatu bagian dengan
diri manusia. Alam yang memiliki dua kekuatan kesejaga dan (siang dan malam)
juga memiliki empat potensi alamiah (tanah, air, api, dan angin) eksistensinya
dijabarkan kedalam satu metafora simbolis yang terwakilkan di dalam diri
manusia.
Agar alam dapat bersahabat, maka
diperlakukan pemujaan oleh manusia melalui perbuatan ritual. Kadar ritualnya
senantiasa di tentukan oleh kesempurnaan dalam satu cara pemujaan, lengkap
dengan peralatan yang berfungsi sebagai simbol. Setiap simbol selalu mewakili
berbagai aspek dari aktifitas tingkah laku manusia.
Dalam hal pemujaan terhadap alam,
tidak hanya terbatas pada kalangan
masyarakat sederhana, akan tetapi mencakup seluruh kelompok manusia.
Semboyan “back to nature” (kembali ke alam bebas) merupakan suatu pernyataan kalangan
masyarakat modern yang berusaha agar selalu bersahabat dengan alam. Walaupun
semboyan tersebut tidak langsung sebagai suatu pemujaan kepada alam, namun dari
segi pengagumannya sekelompok dari masyarakat modern itu beralih kembali
memilih hidup di gua-gua layaknya seperti manusia purba.
Walaupun demikian alam tak pernah
mengingkari janji setelah ditaklukkan, dikurasi, dikuasai, digarap
habis-habisan. Alam beraksi menjatuhkan sanksi dengan berbagai bentuk (banjir,
gunung meletus, tanah longsor, gempa) dan tinggalah manusia meratapi nasibnya.
Lahirlah ciptaan berupa hymne-hymne didengarkan dalam tema antara pemujaan dan
penyesalan silih berganti, namun alam tetap berjaya di dalam kesejagadannya.
3.
Manusia memuja benda
Pada hakekatnya benda (materi)
sangat di butuhkan dalam kehidupan manusia, sepanjang benda itu bukan merupakan
tujuan akhir. Pemujaan manusia terhadap benda secara berlebihan pasti akan
mengundang kamelut. Karena benda beralih fungsi dari peranannya sebagai alat
perpaduan hidup berubah menjadi sesuatu yang dipuja dan dipertuhan selama masih
mampu untuk mengakumulirnya.
Daya pengakumulasi benda yang dipuja
dan dipertuan sehingga melampaui batas nilai harga diri dan keyakinan niscaya
akan melahirkan konsepsi yang bermuara pada:
Ø Hilangnya martabat dan hak azasi
akibat penilaian terhadap manusia lainnya tidak lebih dari seperangkat organ
jasad yang dapat saja di campurkan bila tak berguna.
Ø Munculnya perlakuan-perlakuan
bercorak eksploitasi dan penindasan terhadap sesama dengan landasannya tujuh
menghalalkan segala cara. Dalam hal ini sosok sesama manusia di anggap sebagai
kelompok human yang sewaktu-waktu tak berfungsi dapat di binasakan.
Ø Dalam konteks sosialisasi interaksi
sosial akan tumbuh kecemburuan dan pertentangan kelas, persaingan pemutusan
hubungan relasi-relasi sosial, ketersaingan kecurigaan yang pada gilirannya
berakhir dengan konflik.
Hal-hal yang disebutkan diatas hanya
menyebutkan sebagian dari reaksi yang timbul akibat sangat berlebihannya
pemujaan terhadap benda. Terjerumuslah manusia ke dalam kehidupan materialistik
yang membentuk suatu faham yang disebut materialisme.
Dari pengertian tentang materialisme
(bukan pendapat sang guru besar tersebut) jelaslah terdapat pertentangan yang
sangat prinsipil. Dalam hal ini keberadaan segala sesuatu termasuk manusia
semuanya adalah materi, kejasmanian. Apa yang disebut rohani, perasaan, kasih
sayang, timbang rasa, harga diri, keyakinan, agama, dan sebagainya oleh
penganut, materialisme di anggap tidak ada. Yang ada hanyalah materi atau
benda.
Jika demikian halnya maka manusia
berada pada ambang kehancuran, kehilangan identitas diri, dan berakhir dengan
tidak punya arti apa-apa. Yang tertinggal hanyalah cara-cara pemuja benda,
penganut materialisme yang tercatat dalam sejarah peradaban manusia, tak
segan-segan dan tak punya peri kemanusiaan menghancurkan lawan-lawannya.
4.
Manusia memuja Dewa
Hal ini termasuk dalam lingkup
keyakinan berkepercayaan (khususnya agama-agama samawi). Namun demikian
keyakinan berkepercayaan seperti itu tak perlu diganggu gugat, bahkan
sebaliknya harus di hargai karena keyakinan berkepercyaan sebagaimana di maksud
adalah milik orang lain.
Dikalangan masyarakat India pemujaan
terhadap dewa dikaitkan dengan sistem kasta, sehingga menyebabkan timbulnya strata
sosial yang terbagi-bagi dalam penggolongan. Untuk itu, perlu dipahami
penggolongan kelompok masyarakat di India berdasarkan sistem kasta, berbeda
dengan sistem kelas-kelas dalam masyarakat ciptaan Karl Marx.
Penggolongan yang dimaksud lebih di
tekankan pada keyakinan penganut terhadap salah satu dari tingkatan dewa yang
terpilih untuk diyakini (brahmana, wisnu, siwa, waisa dan sudra).
Terbagi-bagilah masyarakat dalam kelompok yang menempatkannya pada posisi
sesuai tingkatan kedewaan untuk dipuja. Masing-masing tingkat kedewaan memiliki
ciri tersendiri sehingga mempengaruhi tatanan kehidupan pada lingkup strata
sosisal dalam hubungan kekerabatan.
Beberapa kelompok masyarakat
tertentu diluar India, pemujaan terhadap dewa-dewa selalu di hubungkan atau
berhubungan dengan dunia roh. Walaupun antara dewa dan roh kedua-duanya adalah
abstrak, namun kepercayaan meyakini keberdaannya tak dapat di pungkiri. Dalam
konteks pemujaan, dewa-dewa dipuja sekaligus di tempatkan pada posisi sebagai
sumber ajaran-ajaran hidup untuk selanjutnya di terima dan diyakini dalam
bentuk agama.
Dunia roh dipuja lengkap dengan
sesajen, mantra-mantra, persembahan berskala ritualitas, untuk selanjutnya
dipadukan dalam kehidupan dan diyakini sebagai religi (kepercayaan). Dalam
perjalanan hidup manusia, pemujaan terhadap dewa-dewa dan dunia roh merupakan
serangkaian tata perilaku yang berpola. Hal demikian dimaksudkan sebagai
perwujudan dari sistem pengaturan dalam cara teknis pemujaan yang di kontrol
oleh nilai di dalam norma-norma tertentu khusus berkaitan dengan hal tersebut.
Itulah sebabnya terdapat perbedaan
antara tata perikaku yang dikondisikan dengan cara dan tekhnis pemujaan
terhadap dewa-dewa dan dunia roh, dibanding dengan aktifitas tingkah laku
sehari-hari.
5. Manusia
memuja Tuhan Yang Maha Esa
Pemujaan manusia terhadap Tuhan Yang
Maha Esa pelaksanaannya berbeda-beda sesuai dengan agama yang diyakini oleh
setiap kelompok masyarakat. Dikalangan masyarakat yang beragama islam
khususnya, pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diatur berdasarkan dengan
syariat yang bersumber dari Al-Qur’an dan diperjelas teknis serta cara
pelaksanaannya melalui hadits Rasulullah. Bahkan dengan kekhususan pemujaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dan semata-mata untuk dipuji hanya
Allah.
Dalam hal pemujaan manusia kepada
tuhan yang Maha Esa, pada hematnya mengalami pasang surut. Hal ini dibuktikan
oleh kebiasaan manusia yakni dia mengalami kesusahan baru memuja Tuhan.
Sebaiknya, bila dalam kesenangan, Tuhan dilupakan untuk dipuja. Menelusuri jauh
tentangg pemujaan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ditempulah berbagai
cara yang menghasilkan lahirnya sekte-sekte. Setiap sekte mempunyai aturannya
tersendiri dan biasanya membentuk organisasi keagamaan. Sesuai dengan program
yang digariskan oleh masing-masing sekte.
Sebagai suatu fenomena bersifat
sosio-religius pemujaan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa selalu berkaitan
dengan berbagai aspek kehidupan. Baik menyangkut keselamatan, kebahagiaan,
kesehatan, dijauhkan dari segala bencana, kemakmuran, mampun yang berkenaan
dengan rejeki, perluasan usaha, jodoh, ketentraman hidup, termasuk mendapatkan
anak pelanjut keturunan, dan sebagainya.
Refleksi dari pemujaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan tuntutan yang dihajatkan seperti disebutkan perwujudannya
dalam berbagai bentuk ritus keagamaan. Bentuk-bentuk ritus yang beranekaragam
itu berfungsi sebagai wahana dalam menyampaikan segala yang dinginkan melalui
pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian pemujaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dikalangan masyarakat muslim adalah melalui ibadah wajib
maupun sunat. Selain itu, semua ibadah wajib maupun sunat bukan merupakan
perbuatan ritual. Misalnya, kegiatan ibadah seperti shalat, shiam (puasa),
zakat, haji/qurban. Seringkali terjadi kekeliruan yang menganggap bahwa
kegiatan-kegiatan ibadah tersebut dapat diartikan sebagai perbuatan ritual.
Untuk itu, perlu dijelaskan tentang perbuatan ritual yang dilakukan oleh semua
kelompok masyarakat.
Kata
“ritual” berasal dari “ritus, rite” yang artinya secara umum, yaitu upacara
peralihan, dilengkapi dengan beragam peralatan upacara (ceremonial equipment),
sesajen, mantera-mantera dan sebagainya. Dengan demikian jelaslah sudah, bahwa
di dalam syariat Islam pemujaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ( dalam hal ini
adalah Allah ) melalui ibadah-ibadah baik yang diwajibkan maupun yang sunat,
tidak ada hubungannya dengan perbuatan ritual atau jelasnya adalah dengan
contoh yang sederhana saja, apakah mungkin ibadah shalat dilaksanakan,
dilengkapi dengan sesajen dan mantera-mantera ?
G.
Pengertian
Cinta Kasih Erotis
Cinta kasih erotis yaitu kehausan
akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang lainnya. cinta
kasih erotis bersifat ekslusif, bukan universal, pertama-tama cinta kasih
erotis kerap kali di campurbaurkan dengan pengalaman yang dapat di eksplosif
berupan jatuh cinta. Tetapi seperti yang telah dikatakan terlebih dahulu ,
pengalaman intimitas, kemesraan yang tiba-tiba ini pada hakekatnya hanya
sementara.
Keinginan seksual menuju kepada
penyatuan diri, tetapi sekali-kali bukan merupakan nafsu fisi belaka, untuk
meredakan ketegangan yang menyakitkan. Rupanya keinginan seksual dengan mudah
dapat di dicampuri atau di stimulasi oleh tiap-tiap perasaan yang mendalam.
Dalam cinta kasih erotis terdapat
eksklusivitas yang tidak terdapat dalam cinta kasih persaudaraan dan cinta
kasih keibuan, sering kali eksklusivitas dalam cinta kasih erotis di salah
tafsirkan dan di artikan sebagai suatu ikatan hak milik, contoh sering kita
jumpai separang orang-orang yang sedang saling mencintai tanpa merasakan cinta
kasih terhadap setiap orang lainya.
Cinta kasih erotis apabila ia
benar-benar cinta kasih, mempunyai satu pendirian yaitu bahwa seseorang
sunguh-sunguh mencintai dan mengasihi dengan jiwanya yang sedalam-dalamnya dan
menerima pribadi orang lain(wanita ataupun pria). Hal ini merupakan dasar
gagasan bahwa suatu pernikahan tradisional, yang kedua mempelainya tidak pernah
memilih jodohnya sendiri, beda halnya dengan kebudayaan barat/ zaman sekarang,
gagasan itu ternyata tidak dapat diterima sama sekali. Cinta kasih hanya di
anggap sebagai hasil suatu reaksi emosional dan spontan.
Dengan demikian, bahwa cinta kasih
erotis merupakan atraksi individual belaka maupun pandangan bahwa cinta kasih
erotis itu tidak lain dari perbuatan kemauan.
BAB 5.
MANUSIA DAN KEINDAHAN
A. Pengertian Keindahan
Kata
keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek
dan sebagainya. Keidahan identik dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan
kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan
mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran
berarti tidak indah. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat
oleh selera perseorangan, waktu dan tempat, kedaerahan, selera mode, kedaerahan
atau lokal. Perbedaan antara
keindahan suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah Jika dihubungkan dengan suatu bentuk.
Dengan bentuk itu keindahan berkomunikasi Menurut
cakupannya orang harus membedakan keindahan sebagai suatu kualitas abstrak dan
sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk pembedaan itu dalam bahasa
Inggris sering dipergunakan istilah “beauty” (keindahan) dan “the beautiful”
(benda atau hal indah). Dalam pembatasan filsafat, kedua pengertian ini
kadang-kadang dicampuradukkan
saja.
Disamping itu terdapat pula perbedaan menurut
luasnya pengertian yakni:
a.
keindahan dalam arti luas
b.
keindahan dalam arti estetis murni
c.
keindahan dalam arti terbatas dalam pengertiannya
dengan penglihatan
Keindahan
alam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang
didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang
indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai
sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang
indah, kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah
pikiran yang indah dan adapt kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga
mengenal keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk
keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan
pendengaran. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi : keindahan
seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual.
Keindahan
dalam arti estetik murni menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti
terbatas lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda yang
dicerapnya dengan penglihatan, yakni berupa keindahan dari bentuk dan warna.
B. Renungan
Pengertiannya Berasal dari kata
renung, artinya diam-diam melakukan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan
dalam-dalam.renungan adalah hasil merenung. dalam merenung untuk menciptakan
seni ada beberapa teori seperti : teori pengungkapan, teori metafisik dan teori
psikologik.
Dalam merenung untuk menciptakan
seni ada beberapa teori diantaranya:
1. Teori
Pengungkapan. Dalil dari teori ini ialah bahwa “Art is an expression of human
feeling” (Seni adalah suatu pengungkapan dari perasaan manusia). Tokoh teori
ekspresi yang paling terkenal ialah filsuf Italia Benedeto Croce (1886-1952)
dengan karyanya yang telah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris.
2. Teori
Metafisik. Merupakan salah satu teori yang tertua, yakni berasal dari Plato
yang karya-karya tulisannya untuk sebagian membahas estetik filsafati, konsepsi
keindahan dan teori seni. Seniman besar adalah seseorang yang mampu dengan
perenungannya itu menembus segi-segi praktis dari benda-benda di sekelilingnya
dan sampai pada makna yang dalam, yakni memahami ide-ide dibaliknya.
3. Teori
Psikologis. Salah satunya ialah teori permainan yang dikembangkan oleh
Freedrick Schiller (1757- 1805) dan Herbert Spencer (1820-1903). Seni merupakan
semacam permainan yang menyeimbangkan segenap kemampuan mental manusia
berhubungan dengan adanya kelebihan energi yang harus dikeluarkan.
C. Keserasian
Dalam diri
manusia terdapat faktor kontemplasi dari ekstasi, oleh karena itu keindahan
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Semua manusia membutuhkan
keindahan. Keserasian adalah kemampuan menata sesuatu yang dapat dinikmati
orang lain karena indah. Keserasian itu dikatakan indah karena cocok, sesuai,
pantas, serta keterpaduan beberapa kualitas. Contohnya : kemampuan menata
dekorasi dalam rumah, rias pengantin, cara berpakaian, ataupun taman dengan
aneka warna bunga. Dalam penataan itu terdapat keterpaduan beberapa kualitas,
yaitu ukuran, warna, tata letak, susunan, macam bahan dalam satu komposisi yang
cocok, sesuai dan pantas. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa keserasian
pada dasarnya adalah sejumlah kualitas yang terdapat pad suatu penataan. Keserasian itu sendiri adalah perpaduan,
pertentangan, ukuran, seimbang. Terdapat 2 teori keserasian:
1.
Teori subjektif :
ciri-ciri yang menciptakan keindahan suatu benda itu tak ada
2.
Teori objektif :
ciri-ciri yang mencipta nilai estetik
DAFTAR PUSTAKA